Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerita Bangun Tidur dan Lapar

5 Juni 2016   08:01 Diperbarui: 6 Juni 2016   00:41 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Aku tak berani. Malu. Karena aku masih merasa bisa bekerja. Entah bekerja apa saja. Karena sesungguhnya aku tidak pernah bekerja. Hanya bekerja dari rumah. Dan jika ada yang menghasilkan, aku dikabari. Lalu aku mengambilnya lewat ATM. Ya, aku kadang tak mengerti itu uang dari mana. Aku sudah tak punya buku rekening bank yang sudah sekian tahun menjadi langganan. Jauh di rumahku di kampung sana. Sebuah rekening yang kubuka ketika aku punya pekerjaan sambilan di daerah kelahiran. Aku pun sekarang tak punya KTP sana. KTPku KTP di rumah yang kian ringkih dengan alamat di Jalan Sutra.

 “Aku ingin makan ....!” desisku setelah berjalan ke meja yang polos. Tak ada masakan apa pun.

“Makan?” seru istri.

“Ya.”

Dia tertawa.

“Kenapa tertawa .....”

Aku mengernyitkan kening.

“Kebiasaan. Bangun tidur makan.”

Aku menelan ludah.

“Dasar kereee ...!”

Aku tak bisa menahan diri. Dikatakan kere itu lebih dari miskin. Sudah gembel. Tapi mungkin benar. Aku sudah gembel. Yang tak bisa menggugat. Karena tak bisa memberi uang belanja kepada istri. Jadi, kenapa kamu masih hidup dengan kere?   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun