[caption caption="dok.jakarta.co.id"][/caption](Minggu Ketiga Terinspirasi Lagu)
KERETAKU tak berhenti lama. Lega. Tegal berlalu, Brebes sebentar lagi dan Cirebon sekejap dalam pejaman mata. Ah, saat berhenti, akan kubeli nasi jamblang dan mengudap di daun jati.
Ke Jakarta aku kan kembali
walaupun apa yang kan terjadi
Sepasang anak sedang masa tumbuh, terbayang. Jalu sudah menjadi siswa TK. Nin akan tiga tahun.
“Pulang Senin, kan Mas?”
Menjadi sebuah pertanyaan ancaman tiap aku mau pulang ke kampung halaman. Untuk suatu pekerjaan. Tentang kampung halaman yang terkoyak. Ah, tidak. Karena tidur panjang yang disebabkan tangan panjang para tetua sebelumnya.
Jakarta terlalu besar untuk kucangkuli sebagai ladang kehidupan. Dan aku selalu mentok dengan istri. Itu menjadi bagian lika-likunya jalannya kami menapaki hidup bersama. Termasuk dengan Nin dan Jalu. Di Jakarta yang keras. “Lebih kejam daripada ibu tiri,” kata teman sekampung.
Aku tiba di halaman rumah kontrakan.
“Niiiih …!” sambut Darni. Dan berhamburanlah pakaianku.
Aku diam.
“Jangan pulang sekalian.”
Aku menarik nafas.
“Sana balik lagi dengan perempuanmu!”
Aku memejamkan mata. Mengepalkan tangan.
“Ayaaaaah …!” dua suara teriakan dari dalam: perempuan kecil dan laki-laki belia.
Kami berpelukan.
Darni menghentakkan kaki ke bumi. Berbalik masuk ke rumah. Membanting pintu.
Kami tak peduli. Tetap berpelukan. Lereng pipiku panas. Teraliri air hangat.
Terinspirasi
Kembali ke Jakarta (Koes Plus)
Karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT perdana Rumpies The Club
[caption caption="dok. rtc"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H