“Ih, enteu …ah.”
“Trus?”
Euis mengerjap-ngerjapkan mata. Bulumatanya mengacung indah. Seperti hasil lukisan pelukis yang senang bersenandung indah: Waktu Tuhan tersenyum, lahirlah …Euis Dardanela.
“Kita pulang?”
“Aku malah ingin menculikmu.”
“Ih.”
“Kenapa?”
“Kok ngomong, kayak bulan aja. Aku jadi pengin nembang bubuy bulan ….”
Aku membekap mulutku sendiri. Euis, Euis …!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!