Mohon tunggu...
Thamrin Sonata
Thamrin Sonata Mohon Tunggu... Penulis - Wiswasta

Penulis, Pembaca, Penerbit, Penonton, dan penyuka seni-budaya. Penebar literasi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kabel-kabel Menyebalkan

3 Maret 2016   11:10 Diperbarui: 3 Maret 2016   14:08 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="gambar diambil dari: Kompas/ Raditya Helabumi"][/caption]KROMODONGSO langsung melemparkan Koran. Tiga orang temannya yang datang lebih dulu ke pos gardu kaget. Tak seperti biasanya.

                “Ada apa, Kromo?” tanya Daeng.

                “Tentang kita?” kejar Asep.

                “Ada yang seksi?” sambung Tigor.

                Kromodongso duduk dan menempeleng jidatnya.

                “Jawab, atuh?” Asep menerjang.

                Kromodongso tak langsung menjawab.

“Buka dulu!” pintanya.

Mereka bertiga membuka Koran dalam keremangan bolam lampu tak seberapa terang.

“Ini, kan?” tunjuk Tigor. “Ya, nggak seksilah, Kromo.”

“Gundulmuuuu …!”

Mereka saling pandang. Wah, Kromodongso benar-benar marah. Tak biasanya melontarkan kata-kata yang kurang elok untuk ukuran kejawaannya.

“Itu seksi. Sangat seksi …!”

“Di mana seksinya?” tanya mereka bareng.

“Okey, okey …itu apa namanya?”

“Kabeeeel…!”

Kromodongso menjentikkan jarinya.

“Kulit kabel, persisnya."

"Kenapa bisa di situ, di gorong-gorong?"

"Nah, mbikin kita bodoh, kan?”

“Dari kulit kabel, seksi, kok …nyambungnya ke bodoh?” Tigor menyela. Merasa tak terima, seperti dipermainkan.

Kali ini lelaki Jawa itu tertawa. Ngakak.

“Huuusssy …!” sentak Daeng.

Klakep. Berhenti.

“Ya, ternyata kulit kabel itulah yang membuat seksi dan sekaligus kita bodoh. Dan kejam …!”

Mereka saling pandang.

“Apalagi, ini?” Asep menyela.

“Guuud!” sebut Kromodongso. “Kulit kabel itu masuk gorong-gorong. Menyebabkan banjir. Menjawab teka-teki. Kenapa sampai sekitar Monas banjir. Ternyata, kulit kabel itu hampir 20 truk dan menyumbat. Lalu, siapa yang menyumpal kabel-kabel menyebalkan itu?”

Asep garuk-garuk kepala. Tigor tak berbeda. Daeng cengar-cengir.

“Kasar, kan?” sembur Kromodongso. “Ini cara-cara preman. Lha, wong kabel segede gajah kok disumpalkan ke gorong-gorong….”

“Perbuatan biadab.”

“Ini pasti perbuatan orang parpol …eh, dogol!” ralat Tigor.

Kromodongso tertawa.

“Mungkin benar yang kausebutkan yang pertama.”

“Orang parpol?”

“Ya.”

Tigor jadi kayak orang ketakutan.

“Ini di antara kita saja, ya?” katanya sambil celingak-celinguk.

Asep senang juga melihat temannya gugup. Daeng lebih-lebih. Seraya tertawa terpingkal-pingkal.

“Sudah …sudah. Kita tunggu langkah Koh Ahok. Biar disemprot. Sementara, kita lakukan hal konkret."

"Apa itu?"

"Kita bisa panggil temen kita yang biasa memulung. Itu bisa menjadi rejeki melimpah,” sebut Kromodongso, enteng.

Mereka pun tertawa lebih serempak. Sehingga pos gardu itu menjadi riuh. ***

 

Angkasapuri, Maret 2016  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun