Sonata diam. Sekali melihat LCD camera.
“Gimana, Ta?”
Lalu ia mengangkat tangannya. Dan melangkah mendekat Mila yang berada di tepian pantai. Ia memegang dagu tirus itu. Diangkatnya. Lalu disimak dalam beberapa saat. Dengan jarak begitu dekat. Pemilik dagu itu diam saja menyerupai boneka cantik barbie. Lengkap dengan rambut lurus berwarna tidak hitam.
“Tahan di situ.”
Sonata kembali ke camera yang masih tegak ditopang tripod. Air laut dengan iramanya. Buihnya mirip sisir yang ditarik oleh tangan berjemari lentik.
Dari balik lensa, lelaki itu melihat pose yang diinginkan. Hidung bangir Mila disepuh cahaya lembut lembayung senja. Rambutnya tertiup angin bak bendera panjang naik-turun. Di belakangnya matahari berwarna merah jingga. Sekali klik pencetan tombol, berendeng gambar-gambar yang mengikutinya. Termasuk pada klik di ujungnya ada camar masuk di atas kepala perempuan.
Sonata senyum.
Diangkatnya jempol tangan kiri tinggi-tinggi. Disaksikan Mila. Dan wanita itu beranjak setengah berlari. Menuju Sonata. Tidak melihat hasil kliknya. Ia malah mengecup pipi sang pemotret.
Nyanyian malam pun lirih ditiban angin yang membawa ombak ke tepian. Ditarik sisir dari tengah dalam irama lirih. Merepih.
“Kok bisa ada burungnya, ya?”
“Pertanda ….”