Pengelolaan acara mingguan HBKB toh tidak terlalu sulit. Juga tidak membutuhkan kekhususan, kecuali menutup ujung-ujung jalan tertentu dan membiarkan ruang sepanjang jalan tertentu itu untuk digunakan siapa pun. Barangkali, inilah Ruang Terbuka murah-meriah dan ada di Jantung Kota. Juga di waktu libur bagi keluarga. Tanpa atribut atau mengenakan pakaian tertentu. Bisa sangat santai, dan tidak membutuhkan perlengkapan lain. Bahkan bisa dengan bersandal jepit, misalnya.
Bila disebut ini cara penawaran ruang terbuka secara cerdas, tidak berlebihan. Setidaknya mengingat ada penambahan ruang yang bisa diakses warga – mana pun. Hakikat jalan adalah ruang terbuka untuk warga. Artinya, “pengambilan” lima jam dalam seminggu, tidaklah merugikan secara signifikan untuk umum. Bahkan bisa disebut sebuah pembelajaran bersama di tengah kesemrawutan kota-kota yang terus dipadati oleh kendaraan bermotor. Dan kemacetan yang menghantui. HBKB, dari pengamatan di tiga kota di atas sebagai sebuah oase. Sekecil apa pun. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H