Pak Adi : Tapi bu, saya tidak punya uang, dagangan saya belum laku sama sekali
Ibu warung: Tidak usah pak, saya ikhlas, ini buat bapak di jalan, saya tahu bapak lapar, dari tadi saya tidak sengaja mendengar suara perut bapak hehe
Pak Adi: Ah terimaksih bu terimakasih...
Ibu warung: Sama-sama pak
Pak Adi : Kalau begitu saya pamit bu
Wajah Pak Adi sedikit senang melihat beberapa gorengan yang dibungkus plastik tersebut.Sebenarnya bisa saja ia memakan dagangannya sendiri untuk sekadar memuaskan rasa laparnya.
Tapi ia berpikir bahwa jika siomay-siomay itu berhasil ditukar dengan uang, maka ia bisa merasakan rasa kenyang dan rasa bahagia itu bersama anak dan istrinya juga.
Tak jauh kemudian ia berhenti untuk menyantap gorengan pemberian tadi.Ia membuka bungkusan itu, terlihat ada 5 buah gorengan yang sudah dingin. Ia melahap satu buah gorengan ubi sambil membaca tulisan yang ada dalam koran pembungkus tersebut. Ia menjumpai sebuah puisi yang isi nya tentang covid-19.
Bergetar hatinya membaca buah pena seorang Gus Mus. Benar memang, dengan adanya virus ini kesombongan manusia menunduk, semua orang sibuk bukan hanya dengan dirinya sendiri tapi untuk dirinya sendiri.
Pak Adi sampai-sampai tak sadar satu buah gorengan ubi sudah habis dilahapnya. Ia hendak mengambil lagi gorengannya, tapi, ia teringat anak istrinya yang di rumah.
Ia kembali merapihkan gorengan tersebut agar ia bawa pulang untuk anak istrinya. Lalu ia bergegas kembali mendorong gerobaknya mengingat hari sudah menjelang sore.