Mohon tunggu...
Thalya NisrinaKhariza
Thalya NisrinaKhariza Mohon Tunggu... Lainnya - Thalya

Talk less smile more

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Hidup Pedagang Siomay di Tengah Covid-19

15 Mei 2020   15:02 Diperbarui: 15 Mei 2020   15:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Adi : Tapi bu, saya tidak punya uang, dagangan saya belum laku sama sekali

Ibu warung: Tidak usah pak, saya ikhlas, ini buat bapak di jalan, saya tahu bapak lapar, dari tadi saya tidak sengaja mendengar suara perut bapak hehe

Pak Adi: Ah terimaksih bu terimakasih...

Ibu warung: Sama-sama pak

Pak Adi : Kalau begitu saya pamit bu

Wajah Pak Adi sedikit senang melihat beberapa gorengan yang dibungkus plastik tersebut.Sebenarnya bisa saja ia memakan dagangannya sendiri untuk sekadar memuaskan rasa laparnya.

Tapi ia berpikir bahwa jika siomay-siomay itu berhasil ditukar dengan uang, maka ia bisa merasakan rasa kenyang dan rasa bahagia itu bersama anak dan istrinya juga.

Tak jauh kemudian ia berhenti untuk menyantap gorengan pemberian tadi.Ia membuka bungkusan itu, terlihat ada 5 buah gorengan yang sudah dingin. Ia melahap satu buah gorengan ubi sambil membaca tulisan yang ada dalam koran pembungkus tersebut. Ia menjumpai sebuah puisi yang isi nya tentang covid-19.

Bergetar hatinya membaca buah pena seorang Gus Mus. Benar memang, dengan adanya virus ini kesombongan manusia menunduk, semua orang sibuk bukan hanya dengan dirinya sendiri tapi untuk dirinya sendiri.

Pak Adi sampai-sampai tak sadar satu buah gorengan ubi sudah habis dilahapnya. Ia hendak mengambil lagi gorengannya, tapi, ia teringat anak istrinya yang di rumah.

Ia kembali merapihkan gorengan tersebut agar ia bawa pulang untuk anak istrinya. Lalu ia bergegas kembali mendorong gerobaknya mengingat hari sudah menjelang sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun