Mohon tunggu...
Thalita Laudza Winata
Thalita Laudza Winata Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Thalita Laudza Winata itulah nama saya, lahir di Bogor pada tanggal 11 Januari 2000. Saya merupakan Mahasiswi Ilmu Komunikasi Jurnalistik semester tujuh di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Pandai berkomunikasi, kreatif, kritis, inovatif, serta memiliki semangat dan daya juang yang tinggi itulah penggambaran diri saya. Meski, terkadang saya suka terlalu dominan. Menjadi Master of Ceremony merupakan pengalaman serta salah satu profesi saya yang luar biasa, belajar mengatur massa dan acara, serta ditambahkan dengan skill public speaking serta keberanian atas pengambilan keputusan. Selain itu, saya juga merupakan Relawan PMI Kabupaten Bogor yang terbilang aktif dari tahun 2019 hingga sekarang. Banyak hal yang dipelajari dan didapatkan dari pengabdian ini, yakni bisa terjun langsung ke tempat bencana, atau memberikan pelayanan kesehatan, menghibur, belajar dari masyarakat hingga memanusiakan manusia sebagaimana manusia harus dimanusiakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Gila?

20 Desember 2022   18:52 Diperbarui: 20 Desember 2022   18:59 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nilam, kita kedepan yuk! Aku mau ceritaaaa tau," ajaku kepada seorang perempuan berkaca mata didepanku. Nilam pun mengikutiku dan kita mulai mengobrol bersama. Sampai suatu ketika ia menceritakan masa lalunya yang sangat kelam.

*POV Nilam Surya*

Diliat dari latar belakangku ternyata aku menyadari bahwa keluargaku tidak harmonis, dan aku menyadari itu dari teman-teman semasa SD dulu. Ketika teman-temanku terlihat bahagia dijemput ayah atau ibunya pada saat waktu pulang sekolah dengan tepat waktu atau ketika mereka diperlakukan dengan lemah lembut penuh kasih sayang. Hal tersebut tidak dirasakan olehku, aku justru selalu diperlakuan sebaliknya baik dari sikap maupun omongan oleh orangtuaku yang terkesan selalu membanding-bandingkan bahkan tak jarang cambukan atau pukulan kerap hadir di hidupku. Bukan hanya keluargaku, tetapi lingkungan sekitar yang selalu memperlakukanku tidak baik atau bisa disebut dalam Bullying.

Saat itu aku masih dibangku sekolah dasar yang jarak antara rumah dan sekolah sekitar sembilan kilometer. Aku selalu dijemput oleh orangtuaku di sore hari meski jam pulang sekolah di siang hari sehingga memaksa aku menunggu cukup lama sampai seringkali ditegur oleh walikelas seperti ini "Nilam, kenapa sih jam segini belum pulang? disini kan sekolah mau ditutup!" celetuk wali kelasku sambil menatap sinis ke arahku yang saat itu sudah menunggu cukup lama di depan pagar sekolah. Saat itu  aku juga terbilang masih kurang dalam hal akademiknya, baik dari segi matematika ataupun membaca. Sehingga, membuat para Ibu guru atau teman-teman lainnya merendahkan atau bahkan menggunjing kebodohanku.

Ibu Nia adalah wali kelasku dibangku kelas dua dan tiga sekolah dasar. Ia merupakan guru yang selalu terlihat pemarah, provokator, serta bisa dibilang tidak dewasa. Suatu kisah pada saat itu hari Rabu saat jam pelajaran olahraga dimana Sofi dan Caca ini sedang bertengkar sebagai teman bak masakan tanpa garam yang artinya sangat sering dilakukan oleh mereka. Namun, Sofi sebagai anak kelas dua SD pada saat itu memintaku dan Sazkia  selaku teman sebayanya untuk tidak menemani Caca.

"Lam, aku mau membuat surat sumpah-sumpahan yang nantinya itu tuh bilangnya dari Caca," tegas Sofi kepada Nilam saat tahu bahwa Sazkia pulang karena sakit demam saat itu. Akhirnya rencana Sofipun diiyakan oleh Nilam dengan membuat surat berisi sumpah serapah mendoakan sakitnya semakin parah kepada Sazkia. Pada saat surat sudah selesai dibuat dan akan ditaruh ke bangku Caca, Sofi malah berbicara kepadaku seperti ini "Lam suratnya taro di kamu deh," celetuknya sambil seraya berlari keluar kelas. 

Anehnya, setelah itu aku melihat mereka yakni Sofi dan Caca bersama kembali dan malah terkesan Nilam yang bersalah sampai-sampai Sofi menelpon bapaknya seperti ini "Eh ini bapakku mau ngomong sama kamu, kamu tuh tadi nyuruh-nyuruh aku bikin surat nyumpahin Sazkia kan?" lontaran kalimat mengadu informasi yang membalik fakta oleh seorang anak kecil yakni Sofi. Bagaikan 'Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya' ya! Itu yang sangat amat pantas pada situasi ini, dan pada akhirnya Bapaknya Sofi menjawab di telpon dengan keras seperti ini kepadaku "Anak Anjing kamu ya! Ngapain kamu fitnah-fitnah anak saya seperti itu?".

Setelah percakapan itu surat tersebut dikasih ke Ibu Nia dengan memfitnahku sebagai pelakunya, dan kalian tau respon Bu Nia gimana? Ya! Ia  malah mempermalukanku dengan cara membuat pengumuman sekolah yang terdengar seperti ini "Sazkia masuk rumah sakit, mohon doanya ya soalnya ini gara-gara sumpah Nilam," haha gokil bukan? Tidak berhenti sampai disitu, pada saat les bersama usai-pun dengan santainya ia berbicara "Kalian pokonya jangan temenan sama Nilam ya. Nilam tuh anak nakal, jangan duduk bareng, main bareng, atau kalo jajan jangan makanannya sama,"  celotehan  seorang guru tapi seperti tidak pantas untuk digugu dan ditiru. 

Ditambah ada suatu kejadian saat pelajaran menggambar pada hari itu, tiba-tiba Rizka seorang anak yang cerdas merobek kertas gambar miliku seraya teriak "Ih Nilam ngikutinn gambar Rizka" dengan polosnya aku menangis. Namun, tak ada seorangpun yang membantu menenangkanku.

Aku tidak memiliki siapapun saat itu, aku hanya sibuk dengan mengurusi tiga adiku sehingga tidak bisa fokus dan tidak menyadari bahwa aku mulai berbicara sendiri. Sampai suatu ketika pada saat kelas empat SD ketika aku sedang bersama kakaku "Ih, ngomong sendiri kaya orang gila," celetuknya yang meilihat diriku berbicara sendiri tanpa ada obrolan darinya. Hal itu yang membuatku merasa berbeda dari yang lain dan saat itu mencap diri sebagai 'Orang Gila'.

Bukan hanya sekedar Bullying  secara verbal tapi secara fisik juga aku rasakan. Aku pernah disiram oleh minuman teh poci bekas mereka minum saat jam istirahat, atau pasir yang ada di samping sekolah juga pernah menyentuh tubuhku. Selain itu, suatu hari di siang hari menuju sore di Kolam Renang dekat Sekolah, tiba-tiba aku ditarik dan diajak main sama Yasilla dan Keyko pada saat itu, wajah kebingungan serta harapan datang kepadaku dengan bergumam kepada diri sendiri "Loh kok, aku diajak main? Ihh tumben."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun