Mohon tunggu...
teungku mustawa
teungku mustawa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

teungku_mustawa Sq

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Kodifikasi Al-quran

4 Desember 2023   20:36 Diperbarui: 12 Desember 2023   00:35 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

     KODIFIKASI Al Quran dalam kajian ulumul quran merujuk pada dua pengertian, yakni hafalan di luar kepala dan ingatan, dan penulisan Al Quran huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat, dan surat ke surat.

    Maka dari itu, penulis berharap semoga kita lebih mengenal bagaimana perjalanan surah / ayat disatukan hingga dibukukan lewat sejarah kodifikasi Al Quran ini. Adanya ide untuk meghimpunkan Al Quran merupakan ilham yang diberikan tuhan kepada khulafaurasyidin, sebagai bukti atas janji-janjinya dalam memelihara keabadian Al Quran, sebagaimana firmannya:

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur`an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. Al-Hijr [15)]: 9)

A. SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR`AN.

      1. Zaman  Rasulullah saw.

      Pengumpulan Al-Qur'an ditempuh melalui dua cara, yaitu (i) al-jam'u fis-udr (dikumpulkan di dalam hati), dilakukan melalui metode hafalan para sahabat dan (i) al-jam'u fis- sutr (dikumpulkan di media tertentu), yaitu dengan menuliskan ayat-ayat  yang disampaikan oleh Rasulullah saw. itu di pelepah kurma, lempengan batu, kulit hewan, ataupun tulang hewan.

      Hasil penulisan Al-Qur`an belum tersusun secara berurutan sesuai ayat ataupun surahnya, tetapi Rasulullah saw telah memberikan petunjuk kepada para penulis ayat-ayat Al-Qur`an tentang letak tiap-tiap ayat dan surah.

      2. Zaman Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq.

      Sepeninggal rasulullah saw, aisyah menyimpan beberapa naskah (manuskrip) Al-Qur'an. Naskah naskah ini pun kemudian dikumpulkan, tetapi susunannya didasarkan pada urutan turunnya ayat. 

      Pengumpulan naskah-naskah Al Qur`an pada masa Abu Bakar ini disebabkan gugurnya banyak para penghafal Al Qur`an pada Perang Yamamah. Umar bin Khatthab yang mula-mula mengusulkan agar naskah-naskah tulisan Al-Qur`an dikumpulkan dan dijadikan satu. Abu Bakar sempat menolak dan menyatakan tidak berani menginstruksikan dilaksanakannya usulan Umar. Namun, usulan Umar akhirnya diterima karena hal itu sangat penting artinya dan tidak lain adalah suatu kebaikan. 

      Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit untuk menjadi penanggung jawab utama dalam memeriksa dan meneliti naskah naskah Al-Qur`an yang ada untuk kemudian dikumpulkan dan disusun ke dalam satu jilid besar (master volume).

      Setelah menjadi satu volume besar, naskah Al-Qur'an hasil pengumpulan Zaid ini disimpan oleh Abu Bakar, Peristiwa itu terjadi pada tahun 12 H.

      3. Zaman Khalifah Umar bin Khaththab.

      Setelah Abu Bakar wafat, naskah besar ini disimpan oleh khalifah sesudahnya, yaitu Umar. Sepeninggal Umar, master volume ini disimpan oleh putri Umar yang hafal Al-Qur`an, Hafshah binti Umar r.a. Hafshah terpilih untuk menjaga mushaf juga dengan pertimbangan dia adalah salah seorang istri Rasulullah saw.

      Umar mengirim para sahabat yang kredibel dan memiliki kapasitas tinggi dalam bidang bacaan dan kandungan Al-Qur'an ke wilayah-wilayah Islam yang baru dikuasai.

      4. Zaman Khalifah Utsman bin Affan.

      Adanya benih-benih perselisihan di antara pemeluk Islam dari kalangan non-Arab karena mereka membaca Al-Quran dengan dialek bahasa masing-masing membuat Utsman berinisiatif meminta Hafshah untuk meminjamkan mushaf yang dipegangnya agar disalin oleh tim yang telah dibentuk Utsman. 

      Kodifikasi dan penyalinan kembali mushaf Al-Qur'an ini terjadi pada tahun 25 H. Pada proses kodifikasi in, Utsman berpesan bahwa apabila terjadi perbedaan dalam pelafalan ayat-ayat tertentu maka agar mengacu pada dialek suku Quraisy karena Al-Qur`an diturunkan dengan gaya bahasa mereka.

      Utsman membuat salinan Al-Qur`an sejumlah 6 mushaf. 

      Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar, yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam, dan Yaman. Utsman sendiri meminta satu mushaf untuk ia simpan di Madinah Mushaf ini belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam.

      Tulisan yang dipakai oleh tim yang dibentuk Utsman untuk menyalin mushaf itu berpegang pada rasm al-anbath; yang tidak dilengkapi syakl (harakat/tanda baca) ataupun nugath (titik sebagai pembeda huruf).

      5. Zaman Khalifah Ali bin Abu Thalib.

      Tersebarnya cahaya Islam di hampir penjuru dunia dan dipeluk oleh berbagai macam suku dan bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda memberikan inspirasi kepada salah seorang karib Khalifah Ali bin Abu Thalib, Abu Aswad ad-Du`ali, untuk membuat tanda baca (nuqathul-i'rb) yang kemudian dikenal dengan istilah "harakat".

      B. PERKEMBANGAN TANDA BACA.

      Adapun yang pertama kali membuat tanda titik untuk membedakan huruf-huruf yang sama karakternya (nuqathu harf) adalah Nashr bin Ashim (w. 89 H.) atas permintaan Hajaj bin Yusuf ats- Tsaqafi, salah seorang gubernur pada masa Dinasti Umayyah (40-95 H.)

      Pada perkembangan berikutnya, Khalil_ bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H.) menyempurna-kan tanda baca berupa fathah, kasrah, dhammah, sukun, dan tasydid seperti yang kemudian kita kenal sekarang ini.

      Kemudian pada masa Khalifah Al-Makmun para ulama berijtihad 

Untuk semakin mempermudah orang dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an khususnya orang-orang non-Arab dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid berupa isymm, dan madd.

      Para ulama ini juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat, mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), dan menerangkan identitas surah di awal setiap surah; terdiri dari nama, tempat turunnya surah, jumlah ayat, dan jumlah 'ain.

      Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al-Qur'an adalah tajz yaitu tanda pemisah antara satu juz dan juz yang lainnya berupa kata "juz" diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-juz`us-salisu untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa setengah juz, seperempat juz, seperlima juz, dan sepersepuluh juz.

    Kecuali surah Al-Insn (76), Surah Al-Anfal (juz_9-10) dan surah Asy-Syu'ar (juz 19) panjangnya sama-sama setengah juz, tetapi surah Al-Anfal merupakan madaniyyah dengan 75 ayat, sedangkan surah Asy-Syu'ar" merupakan makkiyyah _ dengan 227 ayat.

      Perbedaan antara ayat-ayat makkiyyah       dan ayat-ayat madaniyyah ialah:

(i) ayat makkiyyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat-ayat madaniyyah umumnya panjang-panjang.

(ii) dalam surah madaniyyah terdapat ayat yang diawali "wahai orang-orang yang beriman", sedangkan dalam surah makkiyyah terdapat ayat yang diawali "wahai manusia".

(iii) ayat-ayat makkiyyah biasa-nya menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman, pahala, kisah umat terdahulu yang mengandung ajaran dan budi pekerti, sedangkan ayat-ayat madaniyyah biasanya menerangkan hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat maupun hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum internasional, dan hukum antar agama.

      C. PEMBAGIAN AL-QUR'AN.

      Sejak zaman sahabat, telah ada pembagian Al-Qur`an menjadi 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9,dan sebagainya, tetapi sekedar untuk mempermudah hafalan dan amalan bacaan tiap-tiap sehari semalam atau dalam salat. 

      Baru sejak zaman Hajaj bin Yusuf, seorang gubernur pada zaman Dinasti Umayyah, diadakan penulisan di dalam atau di Pinggir Al-Qur`an untuk menandakan pembagian tersebut, juga dilengkapi istilah-istilah baru. 

      Salah satu cara pembagian Al-Qur'an yang paling masyhur adalah dibagi menjadi 30 juz, 114 surah, dan 60 hizb.

      Tiap-tiap satu surah ditulis namanya dan tiap nomor-nomor ayatnya, serta tiap-tiap hizb ditulis di sebelah pinggirnya yang

menerangkan hizb pertama, hizb kedua, dan seterusnya. Tiap-tiap hizb itu sendiri dibagi menjadi empat, dengan tanda tulisan di pinggir menunjukkan seperempat hizb, dua perempat hizb, dan tiga perempat hizb. 

      Al-Quran juga dibagi menjadi 554 ruku'. Surah-surah yang panjang berisi beberapa ruku, sedangkan surah-surah yang pendek berisi satu ruku', Tiap-tiap ruku' ditandai di sebelah pinggirnya dengan huruf 'ain (C). Al Qur`an yang beredar di Indonesia umumnya dibagi menurut pembagian seperti ini.

      Jika dibagi dua secara persis maka pertengahan atau tengah-tengah Al-Qur'an (nisful-qur`an) terdapat pada QS. Al-Kahf (18): 19, tepatnya pada lafal .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun