Mohon tunggu...
Tety
Tety Mohon Tunggu... Human Resources - emak-emak

hobinya jalan-jalan dan menghayal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tobatnya Sang Penjahat Tampan ( Cinta Masa Lalu)

23 Desember 2024   12:22 Diperbarui: 23 Desember 2024   12:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Andhika, pria dengan wajah tampan yang mampu meluluhkan hati siapa saja yang memandangnya, menyimpan rahasia kelam yang tak pernah terbayangkan oleh orang-orang di sekitarnya. Dalam dunia kriminalitas, dia dikenal dengan nama "Bos", sebuah julukan yang melambangkan kehebatannya dalam memimpin dan menyelesaikan aksinya dengan sempurna. Namun, di balik semua itu, ia adalah pencuri ulung, seorang pria yang telah mencuri motor sebanyak 129 kali. Dengan keahliannya, Andhika hanya membutuhkan waktu 30 detik untuk membawa kabur motor yang diincarnya.

Meski hidup dalam dunia kejahatan, Andhika memiliki prinsip yang membuatnya berbeda dari penjahat lain. Sebagian besar hasil curiannya ia bagikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkan. Bagi mereka, Andhika adalah pahlawan tanpa jubah. Namun, bagi aparat penegak hukum, dia adalah buronan yang harus segera ditangkap.

Andhika selalu beraksi sendirian. Keheningan malam dan suara langkahnya yang pelan adalah teman setianya. Namun, pada aksi pencuriannya yang ke-130, segalanya berubah. Malam itu, Reza, sahabatnya, memaksa untuk ikut serta meski Andhika telah menolak berkali-kali.

"Tenang, Dhika. Aku cuma mau bantu," ucap Reza dengan senyum penuh percaya diri.

Mereka menemukan motor target di sebuah gang sempit. Saat Andhika tengah membongkar kunci motor, tiba-tiba seorang warga memergoki mereka.

"Pencuri! Pencuri!" teriak warga itu, memicu kerumunan.

Andhika dan Reza panik. Mereka mencoba melarikan diri, namun warga lebih cepat. Andhika berhasil kabur, tetapi Reza tertangkap. Dari kejauhan, Andhika melihat sahabatnya dikeroyok tanpa ampun. Reza berteriak memanggil namanya, namun Andhika tak mampu berbuat apa-apa.

"Lari, Dhika! Jangan pedulikan aku!" teriak Reza sebelum akhirnya tubuhnya tak lagi bergerak.

Kematian Reza menjadi momen yang mengubah hidup Andhika selamanya. Malam itu, di tempat persembunyiannya, Andhika menangis sejadi-jadinya. Bayangan sahabatnya yang tergeletak tak bernyawa terus menghantui. Penyesalan mendalam menguasai hatinya. Untuk pertama kalinya, ia merasakan beban dosa yang tak tertahankan.

Sejak malam itu, Andhika memutuskan untuk berhenti dari dunia kejahatan. Ia sering menangis memikirkan orang-orang yang telah ia renggut kebahagiaannya. Penyesalan itu terus menghantuinya, namun ia bertekad untuk menebus semua kesalahannya.

Tak lama setelah itu, Andhika menyerahkan diri ke polisi. Ia mendatangi kantor polisi dengan langkah berat, membawa daftar panjang kejahatan yang pernah dilakukannya. Polisi terkejut melihat seorang pria tampan datang untuk mengakui semua dosa-dosanya.

"Saya Andhika. Saya Bos yang kalian cari. Saya menyerahkan diri," ucapnya dengan suara berat.

Di penjara, Andhika mulai menebus kesalahannya. Ia mengajari para napi lain tentang pentingnya hidup jujur. Ia juga menulis buku tentang kehidupannya, sebuah pengakuan yang ia harapkan dapat menjadi pelajaran bagi banyak orang. Buku itu ia dedikasikan untuk Reza, sahabat yang telah ia kecewakan.

Setelah bertahun-tahun di penjara, Andhika dibebaskan dengan status mantan narapidana. Namun, ia tak kembali ke kehidupan lamanya. Ia mendirikan sebuah yayasan yang membantu mantan narapidana untuk memulai hidup baru. Dengan wajah yang penuh penyesalan dan semangat untuk menebus dosa, Andhika menjalani sisa hidupnya dengan berusaha membawa kebaikan ke dunia.

Nama Andhika, yang dulu dikenal sebagai Bos, kini dikenang sebagai simbol tobat dan perubahan. Meski luka masa lalunya tak akan pernah hilang, ia telah menemukan jalan untuk menebusnya. Dan setiap kali ia berdiri di depan yayasannya, melihat senyum orang-orang yang ia bantu, ia tahu bahwa Reza, di suatu tempat, mungkin telah memaafkannya.

Tak lama setelah bebas, Andhika bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, Niar. Pertemuan itu terjadi secara tak sengaja di sebuah acara komunitas. Mata mereka bertemu, dan waktu seakan berhenti. Andhika dan Niar saling menatap dengan perasaan yang sulit diungkapkan. Mata mereka berkaca-kaca, penuh kerinduan akan masa lalu yang pernah mereka jalani bersama.

"Andhika? Ini kamu?" suara Niar terdengar bergetar.

"Niar..." Andhika hanya bisa menyebut namanya, terpaku pada sosok wanita yang pernah mengisi hari-harinya di masa sekolah.

Mereka berbicara panjang lebar, mengenang masa-masa sekolah. Niar mengingat Andhika yang bandel dan sering menyontek, namun diam-diam ia selalu menyukai keberanian dan pesona pria itu. Waktu telah memisahkan mereka, namun kini waktu pula yang mempertemukan mereka kembali.

Niar masih terpesona dengan wajah tampan Andhika, yang kini tampak lebih dewasa dan matang. Tak hanya itu, Andhika ternyata memiliki bakat sebagai musisi dan penyanyi, sesuatu yang membuat Niar semakin kagum. Dalam beberapa minggu setelah pertemuan mereka, Andhika menciptakan sebuah lagu cinta khusus untuk Niar. Lagu itu dinyanyikan di sebuah acara kecil, dan Niar tak kuasa menahan air matanya.

Namun, Andhika tahu ia harus jujur. Ia menceritakan masa lalunya kepada Niar, tentang kehidupannya sebagai penjahat, tentang Reza, dan tentang penyesalan yang terus menghantuinya. Niar terkejut mendengar semua itu. Air matanya mengalir deras, bukan karena takut atau jijik, tetapi karena ia merasakan beban berat yang telah dipikul Andhika selama ini.

"Itu semua masa lalu, Dhika. Yang aku lihat sekarang adalah pria yang berjuang untuk menjadi lebih baik. Aku bangga padamu," kata Niar sambil menggenggam tangan Andhika erat.

Saat itu, mereka berpelukan. Pelukan hangat Andhika menggetarkan jiwa Niar, membuatnya merasa damai. Kerinduan yang selama ini terpendam seakan tumpah. Dalam keheningan malam, mereka tak dapat menahan diri. Bibir mereka bersatu dalam sebuah ciuman yang penuh dengan kerinduan dan cinta yang begitu dalam, seolah-olah mereka haus akan kasih sayang yang telah lama hilang.

Mereka akhirnya menikah dan menjalani hidup bersama dengan cinta yang terus membara. Dalam setiap langkah, mereka saling mendukung dan saling menguatkan. Andhika dan Niar menjalani masa tua mereka dengan kebahagiaan yang sederhana namun penuh makna, membuktikan bahwa cinta dan penebusan mampu mengalahkan bayangan kelam masa lalu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun