Mohon tunggu...
Tety
Tety Mohon Tunggu... Human Resources - emak-emak pemalu

suka ngayal yang aneh-aneh

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Arwah Gunung Pancar

2 Juli 2024   11:44 Diperbarui: 2 Juli 2024   14:19 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disclaimer : Ini adalah cerita fiksi 

Prolog

Terletak di dataran tinggi Jawa Barat, Indonesia, Gunung Pancar adalah tempat dengan keindahan yang tenteram. Hutan lebat dan sumber air panas alami menjadikannya tempat peristirahatan populer bagi mereka yang mencari ketenangan. Namun, di balik permukaan yang tenang, legenda setempat membisikkan tentang roh yang gelisah dan kutukan kuno.

Bab 1: Undangan

Dewi Maulana, seorang peneliti cerita rakyat setempat, selalu tertarik pada kisah-kisah supranatural. Saat mendapat undangan menjadi pembicara pada simposium kebudayaan di Bogor, ia sadar bahwa ia harus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengunjungi Gunung Pancar. Legenda kelam gunung tersebut membuatnya penasaran, dan dia berharap bisa mengungkap kebenaran di balik cerita tersebut.

Setibanya di Bogor, Dewi bertemu dengan teman lamanya, Sari, seorang sejarawan lokal. Sambil minum kopi, mereka membahas simposium dan rencana Dewi.

"Kamu harus hati-hati, Dewi," Sari memperingatkan. "Gunung Pancar memiliki sejarah panjang hilangnya secara misterius dan kejadian-kejadian aneh. Penduduk setempat percaya bahwa gunung tersebut dihantui oleh makhluk halus yang menjaga rahasianya."

Dewi tersenyum, tidak terpengaruh oleh kata-kata peringatan itu. "Itulah sebabnya aku ada di sini, Sari. Untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Bab 2: Perjalanan Dimulai

Berbekal buku catatan, kamera, dan sesaji kecil berupa dupa dan bunga, Dewi berangkat ke Gunung Pancar. Ia ditemani oleh Pak Tatang, seorang pemandu berpengalaman yang akrab dengan jalur gunung dan cerita rakyat.

Saat menyusuri jalan setapak yang berkelok-kelok, Pak Tatang berbagi cerita tentang makhluk halus yang konon menghuni gunung tersebut. Ada cerita tentang roh penjaga zaman dahulu, seorang wanita bernama Ratu Amangku Bumi, yang dipercaya menjaga mata air dan hutan alam. Kisah-kisah lain bercerita tentang pengembara yang hilang yang tidak pernah ditemukan, roh mereka berkeliaran di hutan.

Semakin tinggi mereka mendaki, perasaan tidak nyaman semakin dirasakan Dewi. Udara semakin sejuk, dan kanopi pepohonan yang lebat menimbulkan bayangan panjang yang seolah-olah bergerak sendiri. Namun, dia terus melanjutkan, didorong oleh rasa ingin tahunya.

Bab 3: Pertemuan

Saat senja tiba, mereka mencapai tempat terbuka terpencil di dekat salah satu sumber air panas. Pak Tatang menyarankan agar mereka mendirikan kemah di sana untuk bermalam. Dewi setuju, dan setelah makan sederhana, mereka duduk di sana. Dewi menyalakan dupa dan meletakkan bunga di dekat mata air, sebagai tanda penghormatan kepada roh.

Malam itu sunyi senyap, yang ada hanya suara gemerisik dedaunan yang sesekali terdengar. Dewi terbaring terjaga di tendanya, mendengarkan keheningan. Tiba-tiba, dia mendengar dengungan samar, seperti melodi di kejauhan yang terbawa angin. Dia duduk, berusaha mendengar.

Karena penasaran, Dewi pun keluar dari tendanya. Senandungnya semakin keras, membimbingnya menuju mata air. Saat dia mendekat, dia melihat sosok samar bercahaya di tepi air. Itu adalah seorang wanita dengan pakaian tradisional Jawa, rambut panjangnya tergerai seperti sungai yang gelap.

Jantung Dewi berdebar kencang, namun ia memaksakan diri untuk tetap tenang. "Ratu Amangku Bumi?" dia berbisik.

Sosok itu menoleh, matanya bertemu dengan mata Dewi. Ada kesedihan mendalam di tatapannya. "Mengapa kamu datang ke sini, Nak?" roh itu bertanya, suaranya lembut dan merdu.

"Saya berusaha memahami kebenaran di balik legenda tersebut," jawab Dewi dengan suara bergetar.

Ratu Amangku Bumi mengangguk pelan. "Kebenaran tidak selalu seperti yang terlihat. Gunung ini menyimpan banyak rahasia, beberapa di antaranya sebaiknya dibiarkan saja."

Bab 4: Wahyu

Selama beberapa hari berikutnya, Dewi mengalami serangkaian penglihatan dan pertemuan aneh. Dia melihat sekilas masa lalu gunung itu, pemandangan ritual dan upacara kuno. Ia mengetahui tentang seorang dukun sakti yang pernah tinggal di gunung tersebut, bernama Ki Sapu Jagad. Dia memiliki kekuatan dan pengetahuan yang besar, namun keinginannya akan keabadian telah membawanya ke jalan yang gelap.

Dalam penglihatannya, Dewi melihat Ki Sapu Jagad melakukan ritual terlarang, berusaha mengikat jiwanya ke gunung. Roh-roh di daratan telah melawan, menjebaknya dalam keadaan antara hidup dan mati. Kehadirannya yang jahat telah mencemari gunung tersebut, menyebabkan kejadian-kejadian aneh dan hilangnya orang-orang tersebut.

Dewi menyadari bahwa roh Ki Sapu Jagad masih aktif, berusaha melarikan diri dari penjara abadinya. Makhluk halus lainnya, termasuk Ratu Amangku Bumi, berjuang untuk menahannya.

Bab 5: Konfrontasi

Bertekad untuk membantu, Dewi berkonsultasi dengan Pak Tatang dan Sari, meminta bimbingan mereka. Mereka melakukan ritual pembersihan tradisional, memanggil roh-roh baik hati di gunung untuk meminta perlindungan. Dewi tahu ia harus berhadapan langsung dengan roh Ki Sapu Jagad.

Pada malam bulan purnama, Dewi kembali ke lapangan dekat sumber air panas. Dia menyalakan dupa dan berdoa, memanggil Ratu Amangku Bumi. Roh penjaga muncul, kehadirannya kuat dan meyakinkan.

"Apakah kamu yakin ingin melakukan ini?" Ratu Amangku Bumi bertanya, ada kekhawatiran di matanya.

Dewi mengangguk. "Aku harus melakukannya. Ini harus diakhiri."

Atas bimbingan Ratu Amangku Bumi, Dewi berkelana lebih jauh ke dalam hutan, mengikuti tarikan energi gelap Ki Sapu Jagad. Dia mendapati dirinya berada di sebuah kuil kuno yang ditumbuhi tanaman, udaranya penuh dengan kedengkian. Arwah Ki Sapu Jagad muncul di hadapannya, wujudnya menyimpang dan mengancam.

"Kamu berani menantangku?" desisnya, suaranya menggeram parau.

"Ya," jawab Dewi sambil berdiri tegak. "Waktumu telah berlalu. Kamu harus melepaskannya."

Pertempuran sengit pun terjadi, udara dipenuhi energi spiritual. Dewi memanggil roh pelindung, menyalurkan kekuatannya. Dengan didampingi Ratu Amangku Bumi, ia berjuang mengusir arwah Ki Sapu Jagad dari gunung.

Bab 6: Akibat

Saat fajar menyingsing, udara menjadi tenang dan tenang. Akhirnya arwah Ki Sapu Jagad berhasil dikalahkan, energi gelapnya meluruh ke eter. Gunung itu terasa lebih ringan, seolah beban berat telah terangkat.

Lelah namun menang, Dewi kembali ke lapangan. Ratu Amangku Bumi muncul kembali, ekspresinya tenang.

"Kamu melakukannya dengan baik, Nak. Gunung ini damai," katanya.

Dewi membungkuk dalam-dalam. "Terima kasih atas bimbinganmu."

Ratu Amangku Bumi tersenyum. "Ingat, beberapa rahasia dimaksudkan untuk dihormati. Pergilah dengan damai, dan semoga perjalananmu diberkati."

Bab 7: Pelepasan

Saat Dewi dan Ratu Amangku Bumi berdiri di lapangan terbuka, tanah di bawah mereka mulai berkilauan dengan cahaya redup dan halus. Makhluk halus yang terperangkap ilmu hitam Ki Sapu Jagad mulai bermunculan, wajahnya terukir rasa lega dan syukur. Mereka adalah jiwa para pengelana yang tersesat, penduduk kuno, dan penjaga gunung, yang akhirnya terbebas dari siksaan mereka.

Satu demi satu arwah mendekati Dewi, wujud hantu mereka disinari cahaya fajar pertama. Mereka membisikkan ucapan syukur dan berkah, suara mereka bagaikan gemerisik dedaunan yang tertiup angin. Di antara mereka ada seorang gadis muda, matanya bersinar karena kegembiraan.

"Terima kasih," bisiknya, wujudnya berkedip-kedip seperti nyala lilin. "Kamu telah memberi kami kedamaian."

Dewi merasakan air mata menggenang di matanya. Dia tidak hanya mengakhiri kehadiran jahat tetapi juga melepaskan jiwa-jiwa yang terjebak dari penderitaan mereka. Dia merasakan kepuasan dan kedamaian yang mendalam menyelimuti dirinya.

Ratu Amangku Bumi menyaksikan dengan senyum tenang. "Gunung kembali seimbang. Para roh sekarang dapat beristirahat."

Epilog: Warisan

Dewi kembali ke Bogor, pengalamannya selalu terpatri dalam ingatannya. Dia membagikan kisahnya di simposium, sehingga mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari rekan-rekannya. Pertemuannya dengan roh-roh Gunung Pancar menjadi sebuah legenda tersendiri, sebuah kisah tentang keberanian dan rasa hormat terhadap dunia gaib.

Bertahun-tahun kemudian, Dewi melanjutkan pekerjaannya, selalu mengingat pelajaran yang telah diperolehnya. Gunung Pancar tetap menjadi tempat yang penuh keindahan dan misteri, tempat roh beristirahat, dan rahasianya dilindungi oleh mereka yang memahami keseimbangan antara dunia makhluk hidup dan dunia roh.

Legenda Gunung Pancar berkembang, menarik pengunjung yang datang bukan hanya karena keindahan alamnya tetapi juga untuk memberi penghormatan kepada roh yang telah dibebaskan. Kisah Dewi menjadi pengingat akan kekuatan rasa hormat, keberanian, dan ikatan abadi antara alam dan spiritual.

*need your comment, thanks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun