Titiek Puspa menyampaikan permohonan maaf melalui video rekaman dan panggilan video yang dipandu oleh Mi'ing Bagito dan Neno Warisman, penyanyi lawas juga tapi beda generasi. Sementara permohonan maaf Titi Kadi disampaikan melalui sahabatnya, Titiek Hamzah.
Selain itu, ada group band The Mercy's, asal Kota Medan, yang menggebrak musik pop Indonesia tahun 1972. Band ini tampil sebagai musik pengiring saat penyanyi-penyanyi lawas membawakan lagu andalan mereka. Sempat juga membawakan satu lagu hits band ini "Dalam Kerinduan".
Gerakan yang dibuka resmi Menteri Kebudayaan Fadli Zon, ini juga dihadiri oleh
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Abdul Mu'ti, Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha, Staf Khusus Presiden Yovie Widianto Bidang Ekonomi Kreatif, Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, serta pejabat di lingkungan Kementerian Kebudayaan juga hadir dalam kesempatan ini.
Menteri Fadli Zon mengungkapkan Tribute Musisi-Penyanyi Legendaris tahun 1960-an ini sebagai bentuk silaturahmi kepada penyanyi-penyanyi lawas legendaris. Karena baru gerakan awal, maka kegiatan ini sekaligus sebagai kick off untuk menyelenggarakan tribute serupa yang menghadirkan para musisi dan penyanyi era-era selanjutnya.
"Kali ini, kami mengundang para legenda musisi penyanyi 1960-an, bagian upaya kami untuk mengapresiasi. Kementerian Kebudayaan berharap nantinya memiliki platform untuk mengapresiasi para musisi yang sudah berkarya dan berprestasi. Tidak saja di panggung Indonesia, tetapi juga membawa nama Indonesia di panggung dunia. Ini penting sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia," kata Fadli Zon.
Musik era 1960-an jelas berbeda dengan era-era tahun 2000-an. Dulu hanya bisa dinikmati melalui radio dan televisi. Itu pun tidak semua orang bisa menikmatinya karena orang yang memiliki televisi jumlahnya masih terbatas. Hanya "segelintir" orang kaya.
"Musik bisa didengarkan melalui kaset itu sudah era 1970-an. Sebelumnya hanya melalui radio ataau televisi," kenang Fadli Zon.
Karena itu, ia mengapresiasi kegiatan Tribute Musisi-Penyanyi Legendaris 1960-an yang menghadirkan para musisi dan penyanyi legendaris kebanggaan Indonesia.
Ketua Gerakan Estafet Kebudayaan Neno Warisman, yang juga seniman kawakan, menyampaikan tribute ini bentuk penghormatan kepada orang-orang yang telah memberikan separuh atau dua pertiga hidupnya untuk Indonesia.
"Berangkat dari rasa cinta seorang budayawan yang menginginkan kita semua memberikan penghormatan kepada mereka yang telah mendedikasikan hidupnya untuk Indonesia melalui musik dan lagu," kata Neno.