Mohon tunggu...
Teti Taryani
Teti Taryani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang suka menulis. Author novel: Rembulan Merindu, Gerai Kasih, Dalam Bingkai Pusaran Cinta. Kumcer: Amplop buat Ibu, Meramu Cinta, Ilalang di Padang Tandus. Penelitian: Praktik Kerja Industri dalam Pendidikan Sistem Ganda. Kumpulan fikmin Sunda: Batok Bulu Eusi Madu, Kicimpring Bengras.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badai di Ujung Senja

16 Mei 2023   01:35 Diperbarui: 16 Mei 2023   01:39 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia hanya bilang kalau hidupnya monoton karena aku terlalu mandiri," jawab Aira di tengah isaknya.

"Mandiri dalam hal tertentu sih iya. Tapi 'kan kamu selalu memerlukannya kalau mau ke mana-mana," Jane setengah protes.

Meski dikenal sebagai gadis tangguh dan layak diteladani dalam banyak hal, Aira tak pernah punya keberanian untuk menyetir mobil. Dia cukup mengandalkan sopir untuk keperluan perjalanan. Setelah menikah, Hendro menjadi suami siaga dalam hal antar-jemput istrinya.

"Itulah, Jane. Dia bilang, pengen berhenti jadi sopir."

Bahu Aira kembali berguncang. Pertanda tak kuasa membendung tangis.

Betapa inginnya Jane mengumpat dan mengata-ngatai Hendro sebagai lelaki yang tak pandai bersyukur. Punya istri cantik, cerdas, dan hormat pada suami. Istri yang cemerlang dalam karier namun tetap mengutamakan keluarga dalam banyak hal.

"Mm... kautahu siapa wanita yang telah merebut perhatian Hendro?"

Jane kembali bertanya lebih jauh. Pikirannya ikut terusik. Dalam usia lima puluh tahun lebih, Aira tampak masih memancarkan aura cantik dengan karisma kuat. Secantik apakah wanita pilihan Hendro saat ini?

"Gilanya, Jane, dia berterus terang siapa sebenarnya wanita yang membuatnya merasa begitu berarti. Aku benar-benar tak habis pikir. Kok bisa-bisanya dia memilih wanita itu?"

Aira mulai menguasai perasaannya. Dia menarik napas panjang beberapa kali.

"Kamu kenal wanita itu?" Jane semakin penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun