Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Rindu Baduy Dalam: Pelajaran dari Safri, Pelestari Tradisi Hadapi Modernisasi

2 April 2016   04:56 Diperbarui: 3 April 2016   13:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu keadaan kampung gelap gulita, hanya bercahayakan lampu teplok seadanya beserta kelap-kelip bintang di langit sana. Keadaan gelap gulita membuat kami makin merasakan sensasi kondisi alam Cibeo yang benar-benar alami, jauh dari modernisasi. Kunang-kunang yang kelap kelip di halaman jadi objek wisata pertama kali dilihat Edita malam itu.

Keesokan paginya, sebagaimana kebiasaan jika berkunjung ke kampung nenek, saya berkeliling kampung dan beramah-tamah dengan warga sekitar yang tidak berangkat ke ladang. Saat hari terang saya baru bisa mengamati bangunan rumah Baduy Dalam serta isinya dengan saksama. 

Suasana pengap karena rumah tak berjendela kecuali ada beberapa lubang bilik bambu yang sengaja anyamannya direnggangkan sehingga kita bisa mengintip ke luar. Peralatan dapur sangat sederhana kebanyakan terbuat dari bambu, masih tradisional.

Pagi buta Ibu Safri dan Darti --istrinya Safri-- sibuk menyalakan hawu (perapian) dan menyiapkan sarapan. Setelah siap mereka pamitan. Darti hendak ke ladang sementara ibunya Safri, sambil mengendong adik terkecil Safri berpamitan hendak ke lumbung. Mereka mengucapkan terimakasih dan memohon maaf jika nanti kami kembali ke kota tidak bisa mengantar.

Bagi saya pernyataan mereka itu adalah bentuk kesopansantunan dari seorang tuan rumah terhadap tamu. Meski warga Baduy Dalam ini tidak mengenyam pendidikan formal, tapi mereka memiliki perilaku yang beradab, santun dan tanggung jawab.

Pak Narja sendiri tanpa kami ketahui sudah berangkat ke Cijahe membantu kami mencarikan angkutan untuk pulang ke Rangkasbitung. Kebetulan ada kerabatnya yang tinggal di Baduy Luar dan memiliki angkutan yang biasa dipakai ke Pasar Kroya. 

Menuju ke Cijahe kami berjalan sambil mencicipi buah kokosan dan asem kranji hasil dari hutan Baduy Dalam. Selain berladang, warga Baduy Dalam juga menjual asem kranji, buah kokosan serta madu yang mereka dapat dari hutan sebagai lahan usahanya.

[caption caption="Selalu rindu kembali ke Baduy Dalam"]

[/caption]Menginap di Baduy Dalam banyak pelajaran yang kami dapat. Belajar tentang rasa syukur, cinta sesama, kepemimpinan, loyalitas, kesederhanaan, dan kejujuran. Rasanya berat hati kami meninggalkan Baduy Dalam. Kampung dengan penuh kesederhanaan dengan komitmen tidak ikut terbawa arus modernisasi. Kampung yang memiliki pemimpin yang dihormati seluruh warga. Kampung yang seluruh warganya patuh pada hukum.

Sepulangnya dari Baduy meski tinggal berjauhan, komunikasi dengan Safri tetap berjalan. Saat Safri datang ke Jakarta, selalu ia menghubungi saya baik lewat SMS maupun telepon. Jika teman-teman di Jakarta pernah jumpa Safri dan kawan-kawannya, mungkin hanya saya yang tinggal di Cianjur yang belum bisa dikunjunginya.

Kabar terakhir Safri datang dari Arman, si empunya doyanjalan. Melalui kabar yang didapat Arman dari Safri diketahui kalau saat ini di Baduy Dalam sedang masa kawalu alias musim panen. Diperkirakan baru selesai bulai Mei mendatang. 

Saya bisa membayangkan kampung di Baduy Dalam pasti semakin sepi karena jika musim ke ladang mereka memang menginap dan tinggal beberapa hari. Begitu yang kami alami saat melewati Kampung Cikertawana yang ditinggal warganya berladang. Kampung sunyi sepi karena ditinggal pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun