Mohon tunggu...
Okti Li
Okti Li Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga suka menulis dan membaca.

"Pengejar mimpi yang tak pernah tidur!" Salah satu Kompasianer Backpacker... Keluarga Petualang, Mantan TKW, Indosuara, Citizen Journalist, Tukang icip kuliner, Blogger Reporter, Backpacker,

Selanjutnya

Tutup

Money

Komitmen Lazada, Kurir dan Pelanggan Terisolir

21 Maret 2014   05:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ketika sistem jual beli online merebak, secara tidak langsung saya ikut terbawa trend dan menjadi pelakunya. Baik saat merantau di luar negeri maupun saat saya sudah kembali ke kampung halaman.

Sejauh ini, saya membeli barang dengan sistem online tidak ada kendala, kecuali dengan jasa pengirimannya yang kadang rewel dan bermasalah.

Posisi kampung saya yang kata para kurir jasa pengiriman terisolir dan ada di pelosok itu yang menjadi permasalahan. Padahal alamat rumahku di Kecamatan Sukanagara dan atau Kecamatan Pagelaran itu masih di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Barat dengan Kabupaten Cianjur, bukan terletak di ujung dunia, pelosok Papua misalnya, atau pedalaman di Kalimantan sana.

Entah kenapa para jasa kurir selalu mempermasalahkan soal pengiriman ke alamat rumahku itu. Tak sedikit para jasa pengiriman menelepon saya meminta mengambil barang (paketan) ke kota Kabupaten Cianjur dengan jarak 2 jam kendaraan dari rumah.

Tak jarang juga para jasa pengiriman itu menelepon menanyakan apakah saya mempunyai alamat keluarga atau yang bisa dititipi paketan di Cianjur kota. Tujuannya ya supaya mereka dekat dan mudah menyampaikan apa yang harus mereka sampaikan. Tidak harus ke alamat rumahku yang kata mereka belum ada jaringan atau belum ada rute atau belum ada kantor cabang/pembantu di daerah kecamatan tempat tinggalku itu.

Karena saya tidak mau mengambil paketanku ke kota kabupaten yang jarak tempuhnya sekitar 45-60 Km itu dengan jalan yang jelek, naik turun dan berkelok-kelok,  maka paketan biasa dikirim balik ke si pengirim. Kalau sudah begitu saya ya tinggal menyerahkan semuanya kepada si pengirim barang. Sebagai pembeli, sesuai dengan ketentuan jual beli onlinenya saya membeli dengan sistem transfer sementara barang saya terima dengan dikirim ke alamat rumah tempat saya tinggal.

Saking seringnya bermasalah seperti itu, banyak kurir perusahaan jasa pengiriman yang sudah tidak bisa saya percaya lagi. Mereka melayani dengan sistem tebang pilih. Hanya menyampaikan barang dengan alamat pengiriman di kota saja, yang mereka jangkau. Sementara ke pedalaman Kabupaten Cianjur mereka menolaknya.

Padahal masih banyak kecamatan lain lebih ke selatan daripada Sukanagara dan atau Pagelaran. Ada banyak Kecamatan lain yang lebih jauh jaraknya  seperti Tanggeung, Cibinong, Cikadu, Agrabinta, Leles, Naringgul, Sindangbarang, Cidaun dan daerah lain yang lebih dekat ke Pantai Selatan. Kasihan mereka. Jika saya saja yang di Sukanagara/Pagelaran sudah tidak bisa mereka jangkau, bagaimana dengan mereka? Apa mereka "terlarang" untuk berjual beli secara online hanya karena jasa pengirimannya malas mengantar barang ke sana?

Kalau harus kita (pembeli) menjemput paketan ke kota itu ya sama saja dengan rugi besar. Rugi karena waktu, dengan kendaraan umum setidaknya diperlukan waktu satu haru pulang pergi hanya untuk ambil paketan.

Rugi karena ongkos lagi. Tempatku saja ke Kabupaten ongkosnya pulang pergi Rp. 50 ribu! Lah bagaimana kalau barang yang dibeli hanya sepotong jilbab dengan harga Rp. 43 ribu (plus ongkos kirim)?? Jika untuk konsumsi pribadi seperti aku mungkin tidak masalah, bisa diambil sambil sekalian jika ada perlu. Tapi bagaimana jika si pembeli adalah reseller yang akan menjual lagi barang yang dibelinya secara online itu? Bukannya keuntungan yang didapat, malah rugi besar atau mungkin justru nombok?

Beberapa jasa pengiriman memang tidak menyampaikan paketan yang harus disampaikan ke alamatku. Tapi akhirnya ada salah satu jasa pengiriman yaitu JN* yang akhirnya mau menyampaikan paketan yang ditujukan ke alamtku. Meski itu tidak tiap hari, melainkan seminggu sekali.

Jadi jika ada paketan untuk ke daerah Cianjur bagian selatan, mereka simpan dulu sampai hari kamis. Setelah ada beberapa buah paketan, atau satu paketan pun, kalau sudah hari kamis, baru dikirim ke alamat yang dituju. Itu barang yang dikirim mau pakai biaya biasa, maupun tercatat dan atau satu hari sampai, tetap saja mereka menyampaikannya ke alamatku setiap hari kamis. Pokoknya dalam satu minggu mereka satu kali menyampaikan paketan ke daerah selatan.

Walau harus menunggu lama, tapi aku pikir itu masih mendingan daripada tidak sampai sama sekali, atau dikirim balik ke alamat penjual (si pengirim). Nah, makanya  selama ini, setiap aku bertransaksi jual beli online, aku selalu mewanti-wanti kepada penjual supaya memakai jasa pengiriman JN*. Karena hanya jasa pengiriman itu yang --meski satu minggu satu kali-- sampai ke alamatku.

-----------

Lalu kaitannya dengan LAZADA?

Masalah yang akan saya sampaikan berkaitan dengan perusahaan jual beli online yang ternama dan kredibilitasnya tidak diragukan lagi LAZADA, ialah saat membeli barang dari situs jual beli online terpercaya itu.

Dua hari lalu, saya membeli barang di Lazada. Sesuai dengan informasi yang saya baca di websitenya, bahwa pengiriman kepada pelanggan dimana pun alamatnya dilalukan antara 1 sampai 3 hari.

Kemarin setelah saya transfer uang pembayaran, memang diinformasikan pula oleh sistemnya jika transaksi sudah dilakukan dan hari itu juga barang siap dikirim.

Hari ini, saya menunggu barang tersebut. Sambil mengira-ngira jasa pengiriman apa yang dipakai Lazada. Apa dikirim melalui jasa kurir lagi atau langsung pengiriman dilakukan oleh pihak Lazada sendiri tanpa memakai jasa pengiriman biasa?

Jam sembilan pagi, ada yang menelepon saya. Mungkin dari pihak jasa pengiriman karena laki-laki di seberang telepon sana langsung bilang ada paketan untuk atas nama suami saya dan bertanya apakah saya punya saudara atau alamat di Cianjur kota?

Hati saya sudah bisa memastikan kalau itu pasti paketan barang yang saya beli dari Lazada. Dan saya langsung dengan tegas bilang kepada si penelepon kalau saya tidak punya alamat lain di Cianjur kota.

"Begini Bu, soalnya perusahaan kita tidak sampai ke alamat Ibu." Ucap si penelepon.

"Oh, itu bukan urusan saya," ucap saya lebih tegas. "Saya tahunya nerima barang di rumah kok."

Baru selesai bicara begitu, si penelepon sudah memutus pembicaraan. Ya sudah.

Dengan kejadian ini saya bisa mengambil kesimpulan, sebagus apapun kredibilitas penjual online seperi Lazada, tapi kalau kurir atau jasa pengirimannya abal-abal yang tebang pilih dalam menyampaikan paketan ke alamat yang mudah dijangkau saja, ya sudah, konsumen akan berpikir lain.

Padahal saya baca dari setiap testimoni yang ada di websitenya banyak pembeli dari luar kota, bahkan daerah terpencil di luar pulau Jawa yang mengatakan puas dengan pelayanan Lazada yang hari ini pesan, transfer, besok atau lusa barang sudah bisa diterima.

Barang dari Lazada yang seharusnya hari ini, tanggal 20 Maret 2014 sampai di tangan saya jadi entah kapan bisa saya terima. Padahal saya sudah yakin benar, kalau pihak Lazada termasuk jasa pengirimannya tidak akan mengecewakan.

Jadi punya tanda tanya besar, ada apa dengan jasa pengiriman di Cianjur ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun