Mohon tunggu...
Tesya Sonia
Tesya Sonia Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan dan Membaca dapat Membangun Persepektif Seseorang

Pengalaman Menjadi Juara Pembentukan Proses Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandemi Rasisme

26 Agustus 2020   11:42 Diperbarui: 8 November 2020   22:18 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tetapi sepertinya apa yang diperjuangkan oleh Nelson kembali terjadi, pada 20 Mei 2020 dimana ada kasus pembunuhan George Floyd di  Minneapolis Amerika yang didasari oleh adanya diskriminasi dan rasisme. 

Dalam pidato Philonise Floyd salah satu saudara laki laki George Floyd pada saat kebaktian kematian George Floyd menggambarkan bahwa masih adanya kasus rasisme yang terjadi setiap harinya didalam pendidikan, dalam pelayanan kesehatan dan didalam semua aspek kehidupan di Amerika. Hal ini membuat adanya aksi demonstrasi di kota-kota seperti Los Angeles dan Chicago.

Kasus pembunuhan George Floyd yang didasari oleh adanya rasisme membangkitkan kesadaran dunia untuk menegakan keadilan khususnya bagi orang-orang kulit hitam. Salah satu dukungan dunia ialah adanya tagar pada sosial media yaitu #BlackLivesMatter dan adapun pengisian petisi yang dimana kaum hitam harus diberikan hak asasi yang sama. 

Nampaknya kasus rasisme ini juga terjadi pada tanah air, pada tahun 2016 adanya kasus kematian seorang laki-laki papua yang bernama Obby Kagoya. Obby tewas dikarenakan kepalanya diinjak oleh seorang polisi Indonesia, ketika asramanya dikepung di Yogyakarta. Sangat ironis negara yang multikultur ini menjadi sebuah ancaman terhadap negaranya sendiri.

Kasus rasisme, stigma buruk atau sterotype sebenarnya sudah terjadi juga di negara kita sejak lama bahkan menimpa beberapa suku budaya. Salah satunya ialah suku budaya Papua dimana mereka dikenal dengan kulit hitamnya. Diskriminasi terhadap masyarakat papua masih sering terjadi di masyarakat. 

Masyarakat masih sering mengkotak-kotakan orang berdasarkan fisik, seperti dimana ada salah satu cerita yang beredar di sosial media yaitu salah seorang dari papua yang bekerja di Jakarta sebagai supir taksi online yang ingin menjemput penumpangnya di pusat perbelanjaan modern selalu ada satpam yang menjegat supir tersebut dengan alasan muka supir tersebut seperti penjahat. 

Maka hal ini menjadikan supir taksi online tersebut menjadi takut untuk masuk kesebuah pusat perbelanjaan modern. Mungkin masih banyak lagi masyarakat papua yang merasakan diskriminasi dan rasisme di Indonesia tetapi mereka hanya bisa diam, ketakutan hingga membuat mereka sukar untuk maju.

Hukum yang ada di Indonesia juga masih bias akan kasus rasisme ini seperti halnya yang dikatakan oleh Cindy Makabory seorang perempuan dari keturunan Melanesia yang dilansir oleh tempo pada beberapa pekan lalu. 

Dimana ia mengatakan bahwa tujuh orang tahanan politik Papua dihukum 5,10,15 dan 17 tahun penjara, dan kesalahan yang mereka lakukan adalah melawan rasisme dan memperjuangkan hak Papua untuk menentukan nasib mereka sendiri, sementara aparat keamanan yang melakukan aksi rasisme hanya dihukum 6 bulan penjara. Insiden perihal rasisme dengan hukum yang kurang jelas tidak mencerminkan kebijakan pemerintah. 

Hal ini menggerakkan hati masyarakat sehingga banyak yang menyuarakan untuk mendukung adanya pemerataan hak asasi manusia, tidak hanya itu ada beberapa aktivis dan sejumlah artis tanah air yang membuat komunitas untuk dapat saling memberi sinergi terutama untuk teman-teman berkulit hitam. Upaya komunitas ini digerakkan oleh kalangan milenial yang sadar akan krisisnya rasa toleransi satu sama lain.

Kalangan milenial merupakan salah satu aset kebanggan bangsa yang dimana diharapkan untuk dapat membawa Indonesia dimata Internasional. Tetapi masih banyak kaum milenial yang masih belum terbuka untuk mau bergaul dengan teman-teman yang berbeda dengan dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun