Mohon tunggu...
Tesalonika Hasugian
Tesalonika Hasugian Mohon Tunggu... Penulis - Host Foodie

Menyelami komunikasi pada bidang multidisipliner.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Petasan: Simbol Sukacita di Tengah Perayaan

29 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 29 Desember 2024   04:56 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Firework (Sumber: Unsplash/Ray Hennessy)

Masihkah Petasan Menjadi Simbol Perayaan yang Tak Tergantikan?

Setiap akhir tahun, kita disuguhi pemandangan langit yang dihiasi kilauan kembang api dan suara petasan yang membahana.

Petasan telah menjadi bagian dari budaya perayaan di banyak negara, termasuk Indonesia. 

Tradisi ini tidak hanya melambangkan kegembiraan, tetapi juga memiliki makna simbolis di beberapa budaya, seperti mengusir roh jahat atau menyambut keberuntungan. 

Meski begitu, berbagai isu mulai bermunculan, dari polusi udara hingga risiko keselamatan, membuat banyak orang mempertimbangkan ulang peran petasan dalam kehidupan modern.

Menurut Anda, apakah tradisi ini masih relevan? Atau, perlahan tergeser oleh alternatif perayaan yang lebih ramah lingkungan dan aman?  

Petasan sebagai Simbol Perayaan  

Petasan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya perayaan, terutama di Indonesia. 

Dalam berbagai momen, mulai dari Tahun Baru hingga perayaan Idul Fitri dan Imlek, petasan kerap digunakan untuk menciptakan suasana semarak. 

Tradisi ini memiliki akar budaya yang kuat. Bahkan, dipercaya membawa keberuntungan dan mengusir roh jahat di beberapa kepercayaan.

Namun, di tengah hiruk-pikuk perayaan, ada sisi lain dari petasan yang sering luput dari perhatian: dampaknya terhadap lingkungan, kesehatan, dan keselamatan. 

Polusi udara, gangguan suara, hingga risiko cedera adalah beberapa isu yang mulai dipertimbangkan oleh masyarakat modern yang lebih sadar akan keberlanjutan.  

Di era modern, gaya hidup masyarakat sudah kian mengalami banyak perubahan. 

Kesadaran terhadap lingkungan semakin meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Polusi yang dihasilkan oleh petasan, baik berupa asap maupun sampah sisa pembakaran menjadi sorotan utama. 

Sebuah sumber menunjukkan bahwa kualitas udara di kota-kota besar sering memburuk secara signifikan setelah pesta kembang api besar-besaran diakibatkan terbuat dari bahan kimia berbahaya.  

Selain itu, faktor keamanan juga menjadi pertimbangan. Data dari berbagai artikel menunjukkan peningkatan jumlah korban cedera akibat petasan setiap tahunnya, mulai dari luka bakar hingga gangguan pendengaran. 

Bagaimana Perayaan Tahun Baru versi Anda?

Generasi muda yang tumbuh di era digital membawa perspektif yang berbeda. Bagi mereka, perayaan tidak melulu soal bunyi gemuruh petasan. Media sosial menjadi medium utama dalam mengekspresikan perayaan, dengan tren seperti konser musik, dekorasi kreatif, atau light show yang friendly user. 

Tidak hanya bebas polusi, tetapi juga menawarkan visual yang memukau dan dapat dikontrol dengan presisi tinggi. Di Indonesia, meskipun belum meluas, tren ini memiliki potensi besar untuk menggantikan petasan dalam beberapa dekade mendatang.  

Setiap keluarga kini kudu bijak memilih cara perayaan yang lebih aman.

Kenapa Masih Banyak Orang Yang Bermain Petasan?

Meski berbagai isu tentang petasan sering dibahas dari bahaya keselamatan hingga dampaknya terhadap lingkungan, tradisi ini tetap hidup dan diminati. 

Mengapa begitu banyak orang yang masih memilih bermain petasan, meskipun risiko dan dampak negatifnya sudah jelas?

Salah satu alasannya adalah keterikatan budaya yang melekat sejak kecil. Bagi banyak orang, petasan adalah bagian dari kenangan masa kecil, momen ketika suara letupan kecil membawa kebahagiaan sederhana. 

Petasan juga menjadi simbol perayaan yang universal, memberikan rasa semarak yang sulit digantikan. 

Di sisi lain, aksesibilitasnya yang mudah. Tersedia di pinggir jalan dengan harga terjangkau membuat petasan menjadi pilihan hiburan yang praktis.

Selain itu, ada aspek komunitas yang kuat. Bermain petasan sudah dilabeli menjadi kegiatan bersama, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Momen ini menciptakan kebersamaan dan mempererat hubungan, menjadikannya lebih dari sekadar permainan, tetapi juga tradisi yang dirayakan bersama.

Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatifnya, apakah bisnis ini akan terus bertahan?

Pemerintah harus memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan regulasi. Memang larangan penggunaan petasan itu masih menjadi sebuah bentuk kesadaran diri saja.

Petasan pasti masih memiliki tempat di hati sebagian masyarakat, terutama bagi mereka yang menjunjung tinggi nilai tradisional. 

Namun, di era yang semakin mengutamakan keberlanjutan, tradisi ini perlu beradaptasi. Pengembangan teknologi petasan yang lebih ramah lingkungan atau peralihan ke bentuk seperti kembang api elektrik.

Pada akhirnya, relevansi petasan tergantung pada bagaimana masyarakat menyeimbangkan kebutuhan akan hiburan dan tanggung jawab terhadap lingkungan serta keamanan. 

Tradisi petasan tidak harus hilang, tetapi bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih selaras dengan semangat zaman.  

Apakah Anda masih memilih petasan untuk merayakan akhir tahun atau sudah siap mencoba hal baru?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun