Meski berbagai isu tentang petasan sering dibahas dari bahaya keselamatan hingga dampaknya terhadap lingkungan, tradisi ini tetap hidup dan diminati.Â
Mengapa begitu banyak orang yang masih memilih bermain petasan, meskipun risiko dan dampak negatifnya sudah jelas?
Salah satu alasannya adalah keterikatan budaya yang melekat sejak kecil. Bagi banyak orang, petasan adalah bagian dari kenangan masa kecil, momen ketika suara letupan kecil membawa kebahagiaan sederhana.Â
Petasan juga menjadi simbol perayaan yang universal, memberikan rasa semarak yang sulit digantikan.Â
Di sisi lain, aksesibilitasnya yang mudah. Tersedia di pinggir jalan dengan harga terjangkau membuat petasan menjadi pilihan hiburan yang praktis.
Selain itu, ada aspek komunitas yang kuat. Bermain petasan sudah dilabeli menjadi kegiatan bersama, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Momen ini menciptakan kebersamaan dan mempererat hubungan, menjadikannya lebih dari sekadar permainan, tetapi juga tradisi yang dirayakan bersama.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatifnya, apakah bisnis ini akan terus bertahan?
Pemerintah harus memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan regulasi. Memang larangan penggunaan petasan itu masih menjadi sebuah bentuk kesadaran diri saja.
Petasan pasti masih memiliki tempat di hati sebagian masyarakat, terutama bagi mereka yang menjunjung tinggi nilai tradisional.Â
Namun, di era yang semakin mengutamakan keberlanjutan, tradisi ini perlu beradaptasi. Pengembangan teknologi petasan yang lebih ramah lingkungan atau peralihan ke bentuk seperti kembang api elektrik.
Pada akhirnya, relevansi petasan tergantung pada bagaimana masyarakat menyeimbangkan kebutuhan akan hiburan dan tanggung jawab terhadap lingkungan serta keamanan.Â