“Eh lu tahu Dewi kan, anak baru yang biasanya pake kerudung merah?” Aku terkejut mendengar pertanyaannya
“Iya kenapa, gara-gara band ini nih, gue ada masalah dengan dia”
“Masalah apa?”
“Waktu itu dia ke sini, mau cari sesuatu. Gue suruh tunggu, soalnya gue mau ke kamar mandi. Eh pas gue balik, dia balik dengan muka masem. Gua lihat komputer gue yang tadi baru gue nyalakan, kebuka folder ini. Mungkin dikira gue nyimpen film porno kali ya?”
“Trus apa masalahnya?” kutanya balik
“Nah itu dia, tiap kali papasan sama gue. Mukanya kayak gimana gitu. Mandang gue kayak-kayak gue punya dosa”
“Lu jelasin lah ke dia”
“Gimana mau jelasin. Lha dianya hindar terus. Gue gak tahu ya kenapa, dari dulu biasanya gue cuek sama pandangan orang, mau dibilang berantatakan, urakan, ga jelas, kacau, gue nerima aja, karena itu memang diri gue. Tapi gue ga bisa terima kalau orang mandang gue apa yang bukan diri gue.”
Aku manggut-manggut mendengarnya. Ternyata ada sesuatu menarik dari anak punk ini. Karena biasanya anak punk sama sekali tidak menghiraukan orang lain.
“Nanti ane kasih tahu dia” kukatakan padanya sambil berdiri.
“ke mana lu?”