Suatu desa disebut negeri karena memiliki pranata-pranata adat dan kelembagaan adat yang masih dipertahankan sejak leluhur. Berbagai benda-benda adat masih dapat ditemukan dan ritual-ritual adat masih tetap dilaksanakan.
Pemanfaatan wilayah adat mencakup pemanfaatan hasil hutan maupun pemanfaatan lahan untuk usaha pertanian/perkebunan. Ketergantungan pada lahan dan hasil hutan membuat masyarakat telah mengembangkan kearifan lokal untuk tetap mempertahankan wilayah adatnya.
Secara turun temurun masyarakat adat memanfaatkan kawasan hutan dan hasil hutan di bumi Hukurila. Tutupan lahan hutan Negeri Hukurila mencakup hutan primer, hutan sekunder, kebun campuran, semak belukar, dan alang-alang.
Potensi flora yang terdapat dalam kawasan hutan antara lain kayu merah, Makila, Eucalyptus dll. Potensi Fauna antara lain Babi Hutan, Kusu serta berbagai jenis burung.
Nyanyian kicau burung Pleci atau burung Kacamata sayup-sayup kerap terdengar. Burung kecil endemik kota Ambon atau biasa dikenal dengan Pleci Ambon.
Masyarakat memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu, baik untuk budidaya maupun sumber energi seperti kayu bakar. Tanaman yang banyak diusahakan oleh masyarakat sangat variatif dengan jenis utama diantaranya Pala, Cengkeh, Durian dan Kelapa.
Jenis tanaman ini berkembang cukup baik karena selain dilakukan secara turun temurun tetapi juga karena didukung prospek pasar yang cukup baik.
Selain itu juga terdapat jenis tanaman lain yang dikembangkan oleh masyarakat di antaranya buah Mangga, Manggis, Langsat, Dukuh dan Nenas.
Waktu saya berkunjung kebetulan sedang musim Mangga. Hampir setiap rumah di negeri Hukurila memiliki pohon mangga di pekarangannya. Ada Mangga Golek dan Kuwini. Fresh from the oven sebuah mangga saya cicipi di sini.