Mohon tunggu...
Khulfi M Khalwani
Khulfi M Khalwani Mohon Tunggu... Freelancer - Care and Respect ^^

Backpacker dan penggiat wisata alam bebas... Orang yang mencintai hutan dan masyarakatnya... Pemerhati lingkungan hidup... Suporter Timnas Indonesia... ^^

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Catatan Perjalanan ke Hutan Adat Hukurila, Ambon, Maluku

30 April 2024   16:15 Diperbarui: 1 Mei 2024   02:23 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertemu Masyarakat Adat Negeri Hukurila/dok. pri

Ayam hitam, telurnya putih..
Mencari makan, di pinggir kali..
Sinyo hitam, giginya putih..
Kalau tertawa manis sekali..

Kurang lebih satu jam perjalanan dari pusat kota Ambon, keramahan masyarakat adat Negeri Hukurila menyambut kita sesampainya di sini.

Belasan anak-anak menyanyikan lagu yang ceria. Serempak masing-masing memainkan ukulele dan gitar. Membuat kita refleks ikut berdendang dan atau ikut menggerakkan kepala. Menumbuhkan semangat dan harapan dari tawa ceria senandung mereka.

Hamparan bukit berhutan, pemukiman, pantai, perahu nelayan, bongkah karang dan laut bersih menjadi satu lanskap utuh yang diberikan Tuhan untuk masyarakat setempat agar selalu dijaga.

Sebuah harmoni kearifan lokal yang sayang untuk tidak diceritakan saat pertama kali saya mengunjunginya di awal bulan Maret 2024.

Salah satu spot karang di Pantai Hukurila/dok. pri
Salah satu spot karang di Pantai Hukurila/dok. pri

Adalah hutan adat Hukurila, salah satu dari skema perhutanan sosial yang telah diberikan Pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan kepada masyarakat negeri Hukurila sejak tahun 2021.

Negeri Hukurila memiliki wilayah adat yang disebut dengan istilah "petuanan" atau hak ulayat yang pemanfaatannya diatur secara adat berdasarkan kepemilikan secara turun temurun.

Hutan Adat Negeri Hukurila berada dalam Petuanan Negeri Hukurila yang terdiri dari kepemilikan dati oleh marga asli. Petuanan selain di darat juga mencakup wilayah laut.

Negeri Hukurila adalah salah satu dari desa-desa adat yang berada di Jazirah Leitimur Selatan kota Ambon. Sebutan Negeri bagi Hukurila didasarkan pada peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 3 tahun 2008 tentang Negeri.

Suatu desa disebut negeri karena memiliki pranata-pranata adat dan kelembagaan adat yang masih dipertahankan sejak leluhur. Berbagai benda-benda adat masih dapat ditemukan dan ritual-ritual adat masih tetap dilaksanakan.

Gereja di Negeri Hukurila/dok. pri
Gereja di Negeri Hukurila/dok. pri

Pemanfaatan wilayah adat mencakup pemanfaatan hasil hutan maupun pemanfaatan lahan untuk usaha pertanian/perkebunan. Ketergantungan pada lahan dan hasil hutan membuat masyarakat telah mengembangkan kearifan lokal untuk tetap mempertahankan wilayah adatnya.

Secara turun temurun masyarakat adat memanfaatkan kawasan hutan dan hasil hutan di bumi Hukurila. Tutupan lahan hutan Negeri Hukurila mencakup hutan primer, hutan sekunder, kebun campuran, semak belukar, dan alang-alang.

Potensi flora yang terdapat dalam kawasan hutan antara lain kayu merah, Makila, Eucalyptus dll. Potensi Fauna antara lain Babi Hutan, Kusu serta berbagai jenis burung.

Nyanyian kicau burung Pleci atau burung Kacamata sayup-sayup kerap terdengar. Burung kecil endemik kota Ambon atau biasa dikenal dengan Pleci Ambon.

Spot start diving di Hukurila/dok. pri
Spot start diving di Hukurila/dok. pri

Masyarakat memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu, baik untuk budidaya maupun sumber energi seperti kayu bakar. Tanaman yang banyak diusahakan oleh masyarakat sangat variatif dengan jenis utama diantaranya Pala, Cengkeh, Durian dan Kelapa.

Jenis tanaman ini berkembang cukup baik karena selain dilakukan secara turun temurun tetapi juga karena didukung prospek pasar yang cukup baik.

Selain itu juga terdapat jenis tanaman lain yang dikembangkan oleh masyarakat di antaranya buah Mangga, Manggis, Langsat, Dukuh dan Nenas.

Waktu saya berkunjung kebetulan sedang musim Mangga. Hampir setiap rumah di negeri Hukurila memiliki pohon mangga di pekarangannya. Ada Mangga Golek dan Kuwini. Fresh from the oven sebuah mangga saya cicipi di sini.

Tujuan saya ke hutan adat Hukurila adalah mengikuti rombongan Tim Sekretaris Jenderal KLHK yang saat itu sedang berkunjung di Kota Ambon selepas memberikan kuliah umum di Jurusan Kehutanan Universitas Pattimura.

Didampingi oleh Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Ambon, rombongan Sekjen KLHK bertemu dan berinteraksi langsung dengan Masyarakat Hukum Adat Negeri Hukurila.

"Hutan Adat Negeri Hukurila ini adalah bukti bahwa negara hadir dan mengakui hak-hak masyarakat hukum adat. Terimakasih kepada tokoh adat dan masyarakat yang bersama-sama menjaga dan mengusahakan hutan adat ini secara lestasi dan berkelanjutan," tutur Sekjen KLHK, Dr. Ir. Bambang Hendroyono kepada masyarakat di sana.

Kepada rombongan, Pak Ojom, Kepala Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Ambon, menjelaskan bahwa pendampingan terhadap masyarakat terus dilakukan.

Bantuan yang pernah diberikan di antaranya pemberian alat ekonomi produktif untuk usaha masyarakat di Negeri Hukurila.

Bersama masyarakat hukurila/dok .pri
Bersama masyarakat hukurila/dok .pri

Ada yang menarik bagi saya tentang produk yang dikembangkan masyarakat negeri Hukurila. Yaitu minuman kesehatan berupa campuran sari rempah-rempah, susu, telur ayam kampung dan nira aren fermentasi yang telah dikemas dalam botol plastik 500 ml. Sangat lezat saat saya mencobanya.

"Seteguk dua teguk memang enak. Tapi kalau satu botol awas ale bisa melayang," kata seorang bapak saat saya meneguk minuman ini langsung dari botolnya.

Benar saja. Saya kira tadi seperti minuman Thai Tea. Ternyata keras juga. Hampir saya terbang melayang.

Minuman kesehatan rempah dan nira/dok. pri
Minuman kesehatan rempah dan nira/dok. pri

Selain hutan keunikan produk hasil hutan, di Negeri Hukurila juga terdapat pantai indah dengan gugusan karang yang terjaga.

Pantai Hukurila orang-orang menyebutnya. Surga tersembunyi yang berbatasan langsung dengan laut banda.

Gugusan karang kecokelatan dengan latar bukit hijau dan birunya langit menjadi lokasi ini sangat pas untuk berpose, sekedar mengabadikan gambar oleh pengunjung maupun tujuan khusus seperti foto prewedding.

Jejeran perahu nelayan yang bersandar di atas beningnya air laut menjadi satu bingkai pemandangan yang menyenangkan saat saya berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang tertata rapi saat mengelilingi pantai ini. Deburan ombak dan tiupan angin laut banda membuat suasana hati begitu damai nan syahdu.

Perasaan ini bukan karena saya habis minum jamu dengan campuran sopi. Tetapi memang murni keindahan alam yang dijaga oleh masyarakat secara bijaksana.

Sebuah fasilitas penyewaan alat selam tersedia di pantai ini. Perahu-perahu nelayan siap mengantarkan dan memandu ke lokasi-lokasi dengan spot terumbu karang yang menawan dan terjaga.

Pengalaman berkunjung ke Hutan Adat Hukurila menjadi catatan manis untuk saya dan mungkin juga mereka yang ikut serta.

Terima kasih Negeri Hukurila. Semoga terus terjaga keindahanmu.

Beta janji, beta jaga
Ale untuk selamanya
Beta janji akan setia
Hanya untuk satu cinta

Bernyanyi bersama di pantai hukurila/dok. pri
Bernyanyi bersama di pantai hukurila/dok. pri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun