Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

"Ndurung", Healing Berbasis Kearifan Lokal yang Ramah Lingkungan pada Suku Karo

16 Juni 2023   16:38 Diperbarui: 17 Juni 2023   00:05 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman padi mulai berbunga (rumpah, bhs. Karo), desa Serdang, Kec. Barusjahe, 13/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)

Kalau kita sudah merasa letih, istirahatlah. Sebab, yang kita jalani ini adalah kehidupan, bukan perlombaan yang selalu harus melahirkan pemenang.

Suku Karo adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara. Populasi orang Karo saat ini terkonsentrasi berdomisili di Kabupaten Karo, Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat.

Kabupaten Karo adalah sebuah wilayah yang terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan, yang secara topografis berada pada ketinggian 200 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Luas wilayahnya 2.127,25 km atau 212.725 ha, dengan ibu kota Kabanjahe.

Kabupaten Karo berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di sebelah Utara, dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir di sebelah Selatan, dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun di sebelah Timur, serta dengan Provinsi Aceh di sebelah Barat.

Dengan gambaran itu, kita mungkin bisa membayangkan Karo sebagai sebuah daerah pertanian yang berada di dataran tinggi, daerah yang masih memegang teguh adat budaya, kabupaten dengan kekayaan alam yang sangat potensial menjadi objek wisata, dan lain sebagainya.

Kali ini kita akan melihat salah satu kearifan lokal dalam keseharian hidup orang Karo yang masih dilakukan hingga kini. Apa yang disebut sebagai ndurung adalah sebuah aktivitas healing berbasis kearifan lokal yang ramah lingkungan pada Suku Karo.

Ndurung sebagai Sebuah Kearifan Lokal

Pada masa-masa awal musim tanam padi di sawah, di mana tanaman padi belum tumbuh besar, ibu-ibu biasa melakukan kegiatan ndurung sambil memeriksa tanaman padinya ke sawah. Ndurung adalah aktivitas menjaring ikan-ikan kecil menggunakan jaring kecil yang disebut durung, nama lainnya adalah tanggok.

Ikan yang biasa diperoleh saat ndurung ke sawah antara lain apa yang pada suku Karo dinamakan kaperas dan silau-silau, serta berbagai jenis serangga air lainnya yang bisa dimakan, seperti cibet dan singkai.

Hasil dari ndurung ini dimasak jadi satu dalam bentuk gulai ikan menggunakan rempah-rempah dan bahan khas pedesaan yang kami namakan tangas-tangas. Enak sekali menyantap nasi hangat dengan lauk tangas-tangas ini.

Ikan-ikan kecil hasil ndurung yang dimasak menjadi tangas-tangas (Dokumentasi Pribadi)
Ikan-ikan kecil hasil ndurung yang dimasak menjadi tangas-tangas (Dokumentasi Pribadi)

Tradisi ndurung juga masih dilakukan setiap tahun menjelang pesta adat kerja tahun. Pesta adat kerja tahun adalah tradisi mengucap syukur atas hasil panen yang dikenal oleh masyarakat Karo sebagai entitas etnik baik secara teritorial, historikal, sosial, dan kultural yang sebagian besar hidup mendiami wilayah pegunungan di dataran tinggi Sumatera Utara.

Kerja tahun adalah sebuah perayaan di mana masyarakat Karo menandainya dengan membuat berbagai penganan dari hasil olahan daging ternak peliharaan dan hasil-hasil pertanian yang mereka tanam, utamanya adalah padi. 

Pada perayaan itu, sanak-saudara saling berkunjung ke rumah-rumah dan saling memberikan salam "mbuah page ni suan, merih manuk ni asuh." 

Salam ini mengadung makna harapan akan hadirnya kehidupan yang penuh keberkahan, di mana padi yang ditanam tumbuh subur, dan ternak-ternak yang diperlihara berkembang biak dengan baik.

Tradisi ndurung menjelang pesta adat kerja tahun ini dinamakan mere page, bila diterjemahkan langsung bermakna memberi padi. Mere page adalah tradisi ndurung bersama, beramai-ramai.

Mere page dilaksanakan sebelum masa panen padi, biasanya ketika padi mulai berbunga atau dalam bahasa Karo disebut rumpah. Maksud dari tradisi ini adalah wujud besarnya harapan dari warga desa agar hasil panen pada tahun itu melimpah.

Tanaman padi mulai berbunga (rumpah, bhs. Karo), desa Serdang, Kec. Barusjahe, 13/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman padi mulai berbunga (rumpah, bhs. Karo), desa Serdang, Kec. Barusjahe, 13/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)

Unik dan menariknya, dalam tradisi mere page ini, semua ikan hasil tangkapan dikumpulkan. Selesai acara, hasil tangkapan ini dibagikan merata kepada seluruh peserta ndurung.

Aspek Healing pada Aktivitas Ndurung

Mengutip pernyataan dari Veronica Adesla, seorang psikolog klinis, sebagaimana dimuat pada Kompas.com (6/2/22), healing bisa berarti bermacam-macam. Ada orang yang melakukan healing dengan makan enak, atau liburan ke tempat wisata, dan sebagainya.

Menurutnya, healing adalah termin untuk penyembuhan atau pemulihan secara general. Sebagaimana liburan yang dipandang oleh orang-orang dewasa ini sebagai tindakan self healing, itu mencakup segala aktivitas selama liburan yang bermanfaat membantu yang bersangkutan memulihkan dirinya dari kelelahan fisik maupun mental yang sedang dialami.

Penyembuhan diri ini berkaitan dengan pemulihan fungsi organ tubuh secara fisik, serta pemulihan aspek mental dan spiritual. Singkatnya, sehat jasmani dan rohani.

Dalam aspek ini, tradisi ndurung akan menghubungkan kita dengan setidaknya makanan, pemandangan, dan hiburan ketika kita melakukannya. 

Ndurung adalah gambaran sebuah fase dalam siklus kehidupan manusia pada suku Karo, di mana pekerjaan di ladang atau di sawah belumlah begitu sibuk. Aktivitas itu dilakukan ketika tanaman padi mulai berbunga, pekerjaan pun masih ringan-ringan saja.

Ndurung bersama warga desa di kolam Tambak Sukat, Desa Barusjahe, Kab. Karo, Jumat, 26/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)
Ndurung bersama warga desa di kolam Tambak Sukat, Desa Barusjahe, Kab. Karo, Jumat, 26/5/2023 (Dokumentasi Pribadi)

Kita bisa saja berujar bahwa bisa jadi kehidupan pada masa dahulu belumlah sesibuk seperti sekarang. Namun, kehidupan bersahaja para petani di desa adalah gambaran kebenaran makna dari sebuah ungkapan, bahwa untuk segala hal dalam hidup ada waktunya.

Ada waktu untuk sibuk bekerja, ada pula waktu untuk beristirahat dan healing. Ada waktu menanam, ada pula waktu memanen. Setelah sibuk bekerja, ada waktu untuk mengobati dan menyenangkan diri sendiri.

Ndurung dalam tampilannya yang bersahaja ternyata mengandung makna yang dalam. Hidup manusia yang berdampingan dengan alam, sepatutnya berlangsung dalam suatu harmoni dan keseimbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun