Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerajaan Barusjahe, dari Barus hingga Legenda "Palas Si Pitu Ruang"

30 November 2022   17:19 Diperbarui: 30 November 2022   17:25 5961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan lurus pintu masuk menuju Desa Barusjahe (Dok. Pribadi)

Perisitiwa itu diceritakan kepada appung Barus oleh gadis pemilik gubuk tempat appung Barus menumpang bersama istrinya. "Mudah saja menghentikannya," kata appung Barus mendengar cerita itu.

Hal itu pun disampaikan oleh si gadis kepada Pengulu Ajinembah. Setelah dirembugkan dengan kaum kerabatnya, mereka pun sepakat mengundang appung Barus datang ke desa untuk menghentikan pesta yang sudah menjadi masalah serius itu.

Mengingat kejadian di kampung Usang, ketika ia dan istrinya terusir setelah jati dirinya terungkap, appung Barus tidak bersedia datang memenuhi undangan pengulu Ajinembah. Namun, karena ia kembali dipanggil secara adat, appung Barus pun dengan berat hati datang ke Ajinembah.

Appung Barus membuat bahan kelengkapan untuk tepung tawar. Bahan-bahan itu dibaginya ke dalam dua mangkuk yang ditempatkan di kiri dan kanan pintu keluar di belakang "Rumah Si Pitu Ruang." Setiap kaum kerabat pengulu Ajinembah yang keluar dari pintu belakang ditotok keningnya oleh appung Barus dengan tepung tawar.

Setiap orang yang sudah ditotok keningnya tersadar, teringat kepada kampungnya, kepada ladang dan ternaknya. Mereka segera bergegas pulang, dengan cara itulah pesta yang sudah berlangsung berhari-hari itu bisa berakhir.

Untuk menghormati appung Barus, pengulu Ajinembah mengakuinya sebagai kalimbubu di hadapan kaum kerabatnya. Kalimbubu adalah pihak kerabat yang dalam adat Karo patut dihormati dan menjadi pihak pemberi dara, disebut juga sebagai tuhan yang terlihat dan dianggap menjadi saluran berkat dalam kehidupan.

Pengulu Ajinembah juga meminta appung Barus agar bersedia tinggal di desa Ajinembah. Mengingat kejadian ia dan istrinya terusir dari kampung Usang, appung Barus menolak permintaan itu. Menurutnya pada suatu saat nanti pengulu Ajinembah akan menyesali permintaannya itu.

Namun, pengulu Ajinembah tetap memaksa dan bersumpah bahwa tidak akan ada satu hal pun yang membuatnya menyesali permintaannya agar appung Barus bersedia tinggal di desanya. Maka tinggallah appung Barus dan istrinya di desa Ajinembah.

Beberapa waktu berlalu, apa yang dikhawatirkan appung Barus pun terjadilah. Kemarau berlangsung lama di desa itu, tanaman penduduk menjadi layu, ternak pun susah mendapatkan makanan.

Orang pintar berkata bahwa musibah ini terjadi karena di antara warga kampung ada yang melanggar aturan adat, menikahi pasangan yang sebenarnya ditabukan. Pasangan itu harus diusir dari kampung agar musibah yang menimpa desa itu berhenti.

Pengulu Ajinembah curiga kalau appung Baruslah yang melakukan pelanggaran adat itu. Namun, ia mengingat kembali sumpahnya bahwa tidak akan ada satu hal pun yang membuatnya menyesali permintaan agar appung Barus tinggal di desa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun