Tiba di Ajinembah dan Kisah "Palas Si Pitu Ruang"
Setelah berjalan melintasi rimba dengan berbagai ancaman yang menghadang beberapa hari lamanya, tibalah appung Barus dan istrinya di perladangan warga desa yang belakangan diketahui sebagai perladangan desa Ajinembah. Desa Ajinembah kini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Di sana, appung Barus dan istrinya bertemu dengan seorang gadis yang sedang menghalau burung-burung pemakan padi. Appung Barus menjelaskan siapa dia dan dari mana asalnya. Ia memohon agar si gadis mengizinkan mereka menginap di gubuk tengah ladang miliknya.
Dari sanalah kaitan kisah appung Barus, nenek moyang raja-raja Barusjahe itu, dengan cerita tentang "Palas Si Pitu Ruang" dimulai. Pemimpin desa Ajinembah yang disebut Pengulu Ajinembah bergelar Raja Sembahen bermarga Ginting Munte, pada saat itu sedang membuat acara peresmian rumahnya yang diberi nama "Rumah Si Pitu Ruang."
"Rumah Si Pitu Ruang" berdiri di atas tiang-tiang fondasi yang tinggi. Namun, kini rumah ini tidak ada lagi karena habis terbakar, hanya tersisa 16 fondasinya. Fondasi dalam bahasa Karo disebut palas, oleh sebab itu situs ini kini disebut "Palas Si Pitu Ruang."
Baca juga:Â Kisah "Palas Si Pitu Ruang" dan Asal Usul Nama "Deleng Sibuaten"
Masalah mulai terjadi ketika kaum kerabat Raja Sembahen diundang menghadiri acara pesta adat peresmian memasuki rumah baru itu. Pesta sudah berlangsung berhari-hari dan seperti tidak bisa diakhiri.
Kaum kerabat Raja Sembahen sudah tinggal berhari-hari lamanya di rumah yang baru diresmikan. Seorang pun tidak ada yang mau kembali pulang ke kampungnya, mereka lupa kepada ladang dan ternaknya.
Mereka seperti orang yang kebingungan di dalam rumah megah yang baru dibangun itu. Setelah keluar menuruni anak tangga dari pintu belakang, mereka kembali menaiki tangga masuk ke dalam rumah dari pintu depan, begitu seterusnya.
Semakin lama, persediaan beras pengulu Ajinembah dan warga desa pun hampir habis untuk kebutuhan makan. Pengulu Ajinembah sangat bersusah hati oleh karena hal itu. Tidak ada orang pintar di desa itu yang sanggup menghentikan pesta itu.