Hari Kelima, Pulang...
Saat pagi hari pada hari kepulangan kami, 4 Mei 2022, kami menyempatkan diri berkeliling kampung Pulau Baguk sekali lagi. Bertegur sapa dengan ibu-ibu yang menawarkan ikan yang diasinkan hasil tangkapan suaminya, dan juga menyempatkan menyeruput kopi di warung salah seorang warga dekat pelabuhan.
Kami membeli oleh-oleh hasil bikinan warga. Di antaranya kerupuk ikan ao-ao, serta cumi-cumi dan ikan segar hasil tangkapan nelayan setempat yang dijual di bagan (pangkalan) di pinggir kampung Pulau Baguk.
Saya sendiri memilih mengopi sekali lagi di warung kopi milik seorang ibu di depan penginapan kami. Sebelumnya saya sudah berpeluh ria mengemasi barang-barang untuk diangkut beca motor ke kapal feri yang akan membawa kami pulang melalui Singkil.
Seorang bapak, yang adalah seorang guru SMP yang mengajar di Haloban alias Pulau Tuangku, yang aku sebut Pak Cik, berkata kepada kami agar kembali lagi kapan-kapan ke Pulau Banyak.
"Lain kali kalian bawa tenda, mana tahu lebih senang kemping di tepi pantai," katanya entah bercanda atau serius melihat kami yang sudah lebih mirip seperti warga pulau itu.
Ia berujar demikian sambil tersenyum, kemudian menghisap rokoknya dengan santainya.
Kami memang belum sempat ke Pulau Malelo, Biawak, Tailana, Pulau Bangkaru, dan yang lainnya yang namanya saja pun belum pernah kami dengar sebelumnya.Â