Desa-desa di Tanah Karo yang tercatat memiliki riwayat tentang kesenian gundala-gundala ini di antaranya desa Sukanalu, desa Juma Padang, desa Guru Singa, desa Seberaya, desa Kubu Colia, dan desa Lingga.
Gaya Seni Tembut-Tembut Seberaya Karya Pa Terupung
Kita tidak akan mengulas secara panjang lebar tentang ciri khas gundala-gundala dari setiap desa yang berbeda. Kita akan membatasi corak gundala-gundala pada tembut-tembut Seberaya seperti judul tulisan ini.
Pertunjukkan tari topeng tradisional Karo dalam gundala-gundala ini dilakonkan oleh para pemainnya dengan gaya komedi tanpa dialog. Pemainnya ada lima orang yakni yang berperan sebagai raja/ panglima, permaisuri (kemberahen, bhs. Karo), putri raja, menantu raja (kela, bhs. Karo), dan musuh (manuk si gurda-gurdi).
Dari hasil ciptaan Pa Terupung yang terkenal dengan seni topeng Seberaya, kita mendapati beberapa pengertian simbolik dari gundala-gundala secara berturut-turut sebagai berikut (sebagaimana gambar di atas).
1. Topeng raja (panglima)
Wama hitam yang disapukan pada wajah topeng merupakan manifestasi yang memberikan kesan magis dan menakutkan, sedangkan pada bagian gigi yang ompong dengan alis, kumis, dan jenggot yang memutih adalah simbol ketuaan.
Topeng raja (panglima) ini digambarkan sebagai seorang raja yang sudah lanjut usia. Rambut, alis, kumis, dan jenggot ditempel dengan bulu kambing putih, sedang giginya dibuat ompong.
Ekspresi wajah memberi kesan kekerasan watak dan kekuasaan serta ketegangan emosi yang kuat.
2. Topeng kemberahen (permaisuri)