Namun, akhirnya kembali lagi. Diduga dikembalikan oleh orang yang mengambilnya. Â
Menurut penutur, situs cagar budaya ini berada di bawah binaan Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara.Â
Saat ini keberadaan situs yang berada di dekat tebing ini terancam oleh longsor yang terjadi akibat curah hujan yang berkepanjangan.
Legenda klasik bernama Puteri Hijau ini lahir di tengah kecamuk konspirasi mematikan bermotif ekonomi yang memicu perang besar antara empat kerajaan di sekitar Selat Malaka, yang berdasarkan sejarah terjadi pada abad 15 hingga abad 16 Masehi.
Percikan sejarah besar itu terpaut dengan kisah sekeping potongan meriam yang disebut meriam puntung dari legenda Putri Hijau. Tersimpan di sudut desa Sukanalu Simbelang yang mungkin belum banyak dikenal orang.
Bagaimana pun, keberadaan situs cagar budaya ini ikut berperan menjaga legenda tentang sang putri bertahan hingga kini. Banyak peziarah yang datang dengan berbagai motif ke situs ini, sebagian sekadar memuaskan rasa penasaran sambil berwisata, sebagian lagi adalah murid-murid sekolah yang mengerjakan tugas mata pelajaran sejarah dan seni budaya.Â
Ulasan ini hanya mencoba memberikan gambaran sekilas potret, tentang kisah yang ada di balik realitas yang masih bertahan di sana hingga kini.