Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memahami Vaksinasi sebagai Tanggung Jawab Individu di Tengah Tantangan Pandemi Global

9 Februari 2022   12:44 Diperbarui: 10 Februari 2022   12:20 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megatrends 2000: Sepuluh Arah Baru untuk Tahun 1990-an (Sumber: perpusnas.go.id)

"Sudah divaksin lengkap, sudah pula divaksin booster, tapi kini kita kembali diberi peringatan waspada terhadap ancaman gelombang ke-3 Covid-19, waspada kepada omicron. Lalu apa gunanya semua vaksin itu disuntikkan ke kita?"

Berada di tengah pusaran berbagai opini masyarakat yang pro dan kontra terhadap isu covid-19 sendiri, berlanjut ke polemik soal manfaat dan bahaya vaksinasi sejak dosis pertama hingga vaksin booster, kita mungkin sudah merasa lelah dan juga bosan. Apa lagi semua ini?

Belajar dari pengalaman pandemi yang melanda sejak 2020 yang lalu, kita bisa mengambil beberapa pelajaran praktis dari kenyataan sehari-hari. Barangkali akan bermanfaat bagi kehidupan dalam segala zaman dan situasi.

Pentingnya Konsistensi dan Kejelasan Sanksi dari Sebuah Kebijakan

Ada komentar sebagian orang yang menaruh curiga terhadap penanganan masalah covid-19. "Bila dana sudah habis, maka habis juga isu covid-19", katanya seorang ibu.

"Aku udah nggak percaya sejak covid tiba-tiba hilang, dan kini tiba-tiba muncul lagi", kata seorang ibu yang lain, yang tidak mau diungkapkan identitasnya.

Ada berbagai penjelasan masuk akal terkait munculnya sikap sebagaimana dijelaskan dalam contoh di atas. Di antaranya adalah adanya inkonsistensi dan ketidakjelasan sanksi dari sebuah kebijakan.

Dalam rangka meningkatkan kewaspadaan terhadap lonjakan kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini, sudah mulai dilakukan penyesuaian kebijakan terkait kegiatan pembelajaran di sekolah. Pada daerah-daerah dengan kondisi PPKM level 2 misalnya, pembelajaran tatap muka dilakukan dalam porsi 50% dan pembelajaran secara daring dari rumah 50%.

Sementara itu, di sisi lain entah akibat tuntutan sosial budaya setempat atau kepentingan pribadi, pelaksanaan pesta dan acara resepsi pernikahan, misalnya, masih marak berlangsung dan terkesan semakin mengabaikan penerapan protokol kesehatan. Ada banyak undangan yang hadir, tidak ada jaga jarak, bebas memakai atau tidak memakai masker, nyaris tanpa pengawasan.

Menghadapi kenyataan ini, wajar saja bila sebagian orangtua murid mengeluh dan mempertanyakan dasar pertimbangan kebijakan yang diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun