Manti, Degol, dan Surti tersenyum menyambut nasi putih hangat bersama tempe goreng, sambal terasi dan daun ubi rebus yang disorongkan ke mulut mereka. Sesekali mereka saling beradu pandang.
Tejo makan dengan pikiran yang kali ini kembali ke raganya. Bagaimana pun, mentari masih akan terbit esok hari. Sekalipun asa sering kali berlalu tergesa-gesa, lenyap bersama angin, pikirnya.
Tanpa disadarinya, Tejo menggumam kecil tapi terdengar oleh keluarganya. "Terima kasih, Tuhan," katanya.
Mereka menikmati makan malam dengan tenang. Angin malam masih menderu kencang di luar gubuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H