Jangan pula jadikan alasan bahwa sampah itu bau, untuk bisa seenaknya membuangnya ke mana saja, asalkan bukan di pekarangan kita. Kita saja merasa bau apalagi orang lain, pastilah lebih jijik melihat sampah yang bukan miliknya.
2. Miliki Kesadaran bahwa Tindakan Kita Memiliki Konsekwensi
Berani berbuat berani bertanggung jawab. Kita bisa saja mencirikan diri kita dengan tampilan yang dibuat-buat. Namun, sesuatu yang tidak asli tidak akan bertahan lama.Â
Kesadaran untuk mencintai lingkungan sebenarnya adalah sifat yang berawal dari sesuatu yang personal. Namun, kesadaran personal itu mengandung sebuah konsekwensi komunal.
"Aku perlu membersihkan lingkungan rumahku, karena sampahku adalah sampah bumi sebagai lingkungan tempat tinggal yang tidak aku miliki sendiri."
Membuang sampah sembarangan hanya sekadar menggeser persoalan tanpa penyelesaian. Hari ini tidak di rumah kita, besok dia sampai di sungai, lusa dia tiba di laut. Bulan depan mungkin dia kembali bersama banjir yang menggenangi sampai plafon rumah kita.Â
Terdengar berlebihan, tapi populasi sampah mungkin memang sudah terlalu berlebihan, melampaui populasi produsennya sendiri. Rata-rata setiap orang memproduksi sedikitnya 1 liter sampah setiap hari. Itu sudah banyak, melampaui manusia yang seorang demi seorang nyatanya tidak melahirkan bayi manusia baru setiap hari.
Bila tidak mampu menghentikan kenyataan buruk soal sampah orang lain, setidaknya kita bisa ikut menjadi bagian yang mengurangi laju pertambahannya.
Tidak ada salahnya memungut sampah yang ditinggal pergi pemilik aslinya. Semakin banyak yang melakukannya maka semakin baik.
Bertahanlah, meskipun seolah tinggal Engkau sendiri yang melakukannya. Engkau adalah berkat bagi semesta saat masih bertahan melakukan setidaknya satu saja kebaikan bagi lingkungan.
Kedua hal di atas mungkin tampak tidak memadai untuk bisa dikatakan sebagai panduan teknik yang terperinci untuk membangun personal branding. Namun, yakinlah bila kedua hal ini saja bisa kita lakukan, konsisten dan kesadaran akan konsekwensi dalam sebuah hubungan kausalitas antara manusia dan lingkungan tempat tinggalnya, maka besok, lusa, dan tahun-tahun yang akan datang kita masih bisa berfoto ria di tengah hutan yang hijau nan lestari.