Tempat penyimpanan Sira Sendawa ini ada dua, satu disebut Kudin Dilaki (pria), dan yang satu lagi disebut Kudin Diberu (wanita).Â
Kudin Dilaki ditempatkan pada bagian atas, sedangkan Kudin Diberu ditempatkan di bawahnya.
Mereka pernah diberi tahu, bahwa  Kudin Diberu itu adalah jelmaan seorang wanita beru Pakkar atau Sembiring. Maksudnya, wanita dari klan atau marga Sembiring.
Sira Sendawa ini ditempatkan pada bagian tengah atas bubungan atap rumah adat. Tempatnya cukup tinggi, sehingga hanya bisa dijangkau dengan menggunakan tangga.
Tangganya berupa sebatang bambu dengan takik-takik atau lubang-lubang pada setiap ruasnya yang berfungsi sebagai anak tangga. Mirip dengan tangga untuk memanjat pohon nira yang akan diambil airnya.
Hanya bedanya, bila Kudin Diberu yang diturunkan, maka warga kampung harus diberi makan selama sehari. Sedangkan, bila Kudin Dilaki yang diturunkan maka warga satu kampung harus diberi makan dan diadakan pesta 7 hari 7 malam.
Tidak dijelaskan dalam acara apa saja biasanya Sira Sendawa ini diturunkan. Namun, menurut mereka terakhir kali diturunkan pada perhelatan Dokan Art Festival yang ketiga pada 11 Mei 2017.
Biaya untuk melakukan pesta dan jamuan makan saat menurunkan Sira Sendawa ini kata mereka bisa saja berasal dari donatur, atau hasil gotong royong warga desa.Â
Namun, haruslah dengan persetujuan tetua adat, dan tentu saja pengulu Dokan bermarga Ginting Munte, yang merupakan pihak terhormat di rumah adat si waluh jabu itu.
3. Cara Unik Sekaligus Berbahaya Untuk Bersalin di Rumah Adat Karo
Pada masa lalu, seorang ibu yang melahirkan pada suku Karo sungguh adalah sebuah perkara yang jauh lebih berbahaya dibandingkan masa kini.Â