Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat dari Dekat Sisi Lain Keunikan Rumah Adat Karo di Desa Dokan

2 Maret 2021   01:51 Diperbarui: 2 Maret 2021   17:23 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh bagian rumah adat yang menggunakan pasak (Dokumentasi pribadi)

Tempat penyimpanan Sira Sendawa ini ada dua, satu disebut Kudin Dilaki (pria), dan yang satu lagi disebut Kudin Diberu (wanita). 

Kudin Dilaki ditempatkan pada bagian atas, sedangkan Kudin Diberu ditempatkan di bawahnya.

Mereka pernah diberi tahu, bahwa  Kudin Diberu itu adalah jelmaan seorang wanita beru Pakkar atau Sembiring. Maksudnya, wanita dari klan atau marga Sembiring.

Sira Sendawa ini ditempatkan pada bagian tengah atas bubungan atap rumah adat. Tempatnya cukup tinggi, sehingga hanya bisa dijangkau dengan menggunakan tangga.

Tangganya berupa sebatang bambu dengan takik-takik atau lubang-lubang pada setiap ruasnya yang berfungsi sebagai anak tangga. Mirip dengan tangga untuk memanjat pohon nira yang akan diambil airnya.

Anak tannga menuju Sira Sendawa (Dokumentasi pribadi)
Anak tannga menuju Sira Sendawa (Dokumentasi pribadi)
Ada yang unik terkait Sira Sendawa ini. Kalau wadah penghasil garam itu akan diturunkan, maka warga satu kampung harus diberi makan. Baik satu saja, atau keduanya yang akan diturunkan.

Hanya bedanya, bila Kudin Diberu yang diturunkan, maka warga kampung harus diberi makan selama sehari. Sedangkan, bila Kudin Dilaki yang diturunkan maka warga satu kampung harus diberi makan dan diadakan pesta 7 hari 7 malam.

Tidak dijelaskan dalam acara apa saja biasanya Sira Sendawa ini diturunkan. Namun, menurut mereka terakhir kali diturunkan pada perhelatan Dokan Art Festival yang ketiga pada 11 Mei 2017.

Biaya untuk melakukan pesta dan jamuan makan saat menurunkan Sira Sendawa ini kata mereka bisa saja berasal dari donatur, atau hasil gotong royong warga desa. 

Namun, haruslah dengan persetujuan tetua adat, dan tentu saja pengulu Dokan bermarga Ginting Munte, yang merupakan pihak terhormat di rumah adat si waluh jabu itu.

3. Cara Unik Sekaligus Berbahaya Untuk Bersalin di Rumah Adat Karo
Pada masa lalu, seorang ibu yang melahirkan pada suku Karo sungguh adalah sebuah perkara yang jauh lebih berbahaya dibandingkan masa kini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun