Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potret Senyuman pada Sebuah Nyiru dari Pangururan

16 Februari 2021   22:00 Diperbarui: 18 Februari 2021   07:01 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sunun dan sagak, kerajinan anyaman bambu. Koleksi Museum GBKP, RC. Sukamakmur (Dokpri)

"Kenapa nggak dibuat di sini saja nyirunya, Pung?" tanyaku.

"Nggak ada yang bisa menganyam nyiru di sini, Bapa!" jawab oppung Fery lantang. Aku memegang-megang salah satu nyiru yang dia bilang paling bagus.

"Ini, kalau bentuknya petak seperti ini, nyiru kita orang Batak" katanya lagi.

"Oh, begitu ya, Pung?" kataku lagi masih sambil mengelus-elus permukaan rotan yang dibungkus menjadi tulang nyiru itu.

"Kalau bentuknya bulat, itu biasanya nyiru orang Jawa," lanjut oppung Fery.

Nyiru dari Pangururan (Dokpri)
Nyiru dari Pangururan (Dokpri)
Memang belum pernah aku melihat nyiru berbentuk petak seperti yang dari Pangururan ini selama merantau di Jawa, walaupun barang sebentar. Sering juga aku melihat nyiru yang bulat-bulat itu dibuat menjadi hiasan gapura gang-gang perumahan pada bulan Agustus, dan dicat merah putih.

Kalau saja aku pernah melihat ada nyiru yang petak di rumah salah seorang penduduk selama perantauanku yang singkat di pulau Jawa, kurasa pastilah aku langsung bertandang ke sana. Kemungkinan besar dia dari Sumatera Utara, lamunku.

Bila merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyiru berarti alat rumah tangga, berbentuk bundar, dibuat dari bambu yang dianyam, gunanya untuk menampi beras dan sebagainya. Sepertinya, bila ditinjau dari segi variasi bentuknya, pengertian nyiru dalam kamus rujukan ini masih perlu disempurnakan. Sebab ada nyiru yang tidak bundar.

"Mau kam ambil, Bapa?" tanya oppung Fery.

"Ah, aku masih punya satu di rumah, Pung. Aku mau ambil foto-foto saja tadi," jawabku singkat.  

"Kupikir mau kam ambil, entah satu saja pun. Belum buka dasar aku," katanya lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun