Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ini 7 Manfaat dari Pohon Nira dan Inspirasinya pada Kehidupan

31 Januari 2021   14:35 Diperbarui: 2 Februari 2021   14:06 2106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah nira, dan tandan yang sudah menghasilkan air nira

Keteduhan dalam hal ini termasuk dalam arti yang sebenarnya. Dulu masih belum semudah sekarang mendapatkan tenda dan payung, maka yang biasanya digunakan oleh orang Karo untuk membuat peneduh adalah daun nira yang utuh bersama tangkai-tangkai daunnya, ditancapkan ke dalam tanah, dan disusun beberapa tangkai hingga menjadi benar-benar teduh di bawahnya.

Janur daun nira (Dokpri)
Janur daun nira (Dokpri)
Fungsi janur pada gapura (Dokpri)
Fungsi janur pada gapura (Dokpri)
Selain, itu daun nira juga bisa dijadikan sebagai janur untuk hiasan pada pesta-pesta adat atau perayaan hari-hari besar. Janur nira ini disebut lambe-lambe dalam bahasa Karo.

6. Buahnya menjadi bahan kolang-kaling

Buah atau biji pohon nira, yang dalam bahasa Karo dinamakan "kelto", dijadikan sebagai bahan pembuatan kolang-kaling. Sajian kolang-kaling ini umumnya ditemukan pada saat hari raya lebaran, atau tahun baruan.

Buah nira, dan tandan yang sudah menghasilkan air nira
Buah nira, dan tandan yang sudah menghasilkan air nira

7. Tandan pohon nira yang menghasilkan air nira

Kita mungkin sudah pernah dan biasa meminum air nira, atau tuak nira bagi sebagian. Bisa juga belum sama sekali. Namun, bagi yang sudah biasa pun bisa jadi belum paham betul dari mana air nira itu berasal.

Adalah tandan yang dalam bahasa Karo disebut dengan "rirang pola", yang "dibalbal" atau dipukul-pukul oleh "pengeria". Pengeria adalah sebutan kepada orang yang terampil memanen air nira.

Pengeria yang mengambil air nira, biasanya akan mbalbal (memukul-mukul) tandan atau "rirang pola" seminggu sekali. Hal itu dilakukan berulang-hingga tandannya mencapai kondisi optimum, untuk selanjutnya disayat ujungnya. Dari tandan yang disayat itulah air nira akan mengalir.

Kondisi optimum tandan nira untuk menghasilkan air nira itu dalam bahasa Karo disebut "mbecih terlak." Itu adalah kondisi tandan yang juga sudah berwarna kemerahan.

Ada satu kisah yang tampaknya tak masuk akal, tapi barangkali berdimensi spiritual, Hal itu sehubungan dengan kisah hidup "pengeria."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun