4. Buluh Kerapat
Jenis bambu yang satu ini ditandai oleh lapisan ruasnya yang tidak terlalu tebal, tapi juga tidak terlalu tipis. Umumnya bambu jenis ini yang pada suku Karo sering digunakan sebagai bahan untuk membuat alat musik, seperti suling (seruling) dan sarune (serunai). Juga untuk membuat alat musik tiup lainnya yang dalam bahasa Karo diberi nama surdam, baluat, dan sebagainya.
Tidak salah bila kita sangat mengenal negeri China dengan sebutan lain negeri tirai bambu. Sebab suku bangsa yang satu ini sudah sangat lama, atau bahkan mungkin adalah salah satu peradaban yang paling tua dalam penggunaan peralatan berbahan baku bambu.
Lagipula dari berbagai sumber kita bisa melihat bahwa tanaman bambu tumbuh sangat subur di sana. Bahkan hewan Panda yang ikonik itu juga hidup dengan memakan dahan-dahan bambu yang tumbuh di negeri tirai bambu itu.
Oleh orang Karo, buluh Cina (sebutan dengan penyesuaian lafal orang Karo), yang dahannya kecil-kecil, tapi sekaligus panjang dan kuat, digunakan menjadi moran kawil. Itu adalah sebutan untuk joran, kail atau pancing. Juga menjadi ciker atau galah, yakni tongkat pengusir ternak/ hewan saat menjaga padi yang dijemur di halaman rumah.
6. Buluh Belin
Bambu jenis ini adalah salah satu jenis bambu yang cukup unik menurut saya. Buluh berarti bambu, sementara itu belin berarti besar. Jadi, jenis bambu yang satu ini bisa diartikan langsung bambu besar.
Buluh belin, karena ukurannya yang memang lebih besar dari bambu rata-rata, banyak digunakan sebagai tiang bangunan (gubuk, dangau di sawah, atau tiang rumah).
Selain itu, buluh belin juga digunakan sebagai bahan untuk membuat kuran dan tambe. Kedua benda ini dulunya dipakai oleh orang Karo sebagai wadah untuk menampung air. Kuran terbuat dari 1 (satu) ruas bambu, sedangkan tambe terbuat dari 2 (dua) ruas bambu.
Dua bilah sembilu yang diberi penjepit kecil berfungsi sebagai senar, yang merupakan sumber bunyi.