Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Inilah 6 Jenis Rupa dan Manfaat Bambu serta Keunikannya dalam Kehidupan Suku Karo

30 Januari 2021   01:58 Diperbarui: 8 Februari 2021   16:30 3206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri) | Ragam alat musik tiup tradisional suku Karo, koleksi Museum Djamin Gintings

4. Buluh Kerapat
Jenis bambu yang satu ini ditandai oleh lapisan ruasnya yang tidak terlalu tebal, tapi juga tidak terlalu tipis. Umumnya bambu jenis ini yang pada suku Karo sering digunakan sebagai bahan untuk membuat alat musik, seperti suling (seruling) dan sarune (serunai). Juga untuk membuat alat musik tiup lainnya yang dalam bahasa Karo diberi nama surdam, baluat, dan sebagainya.

(Dokpri) | Ragam alat musik tiup tradisional suku Karo, koleksi Museum Djamin Gintings
(Dokpri) | Ragam alat musik tiup tradisional suku Karo, koleksi Museum Djamin Gintings
5. Buluh Cina
Tidak salah bila kita sangat mengenal negeri China dengan sebutan lain negeri tirai bambu. Sebab suku bangsa yang satu ini sudah sangat lama, atau bahkan mungkin adalah salah satu peradaban yang paling tua dalam penggunaan peralatan berbahan baku bambu.

Lagipula dari berbagai sumber kita bisa melihat bahwa tanaman bambu tumbuh sangat subur di sana. Bahkan hewan Panda yang ikonik itu juga hidup dengan memakan dahan-dahan bambu yang tumbuh di negeri tirai bambu itu.

Oleh orang Karo, buluh Cina (sebutan dengan penyesuaian lafal orang Karo), yang dahannya kecil-kecil, tapi sekaligus panjang dan kuat, digunakan menjadi moran kawil. Itu adalah sebutan untuk joran, kail atau pancing. Juga menjadi ciker atau galah, yakni tongkat pengusir ternak/ hewan saat menjaga padi yang dijemur di halaman rumah.

6. Buluh Belin
Bambu jenis ini adalah salah satu jenis bambu yang cukup unik menurut saya. Buluh berarti bambu, sementara itu belin berarti besar. Jadi, jenis bambu yang satu ini bisa diartikan langsung bambu besar.

Buluh belin, karena ukurannya yang memang lebih besar dari bambu rata-rata, banyak digunakan sebagai tiang bangunan (gubuk, dangau di sawah, atau tiang rumah).

Selain itu, buluh belin juga digunakan sebagai bahan untuk membuat kuran dan tambe. Kedua benda ini dulunya dipakai oleh orang Karo sebagai wadah untuk menampung air. Kuran terbuat dari 1 (satu) ruas bambu, sedangkan tambe terbuat dari 2 (dua) ruas bambu.

Kuran sebagai wadah tempat air (Dokpri)
Kuran sebagai wadah tempat air (Dokpri)
Ukuran kuran yang lebih kecil, karena wadah tampungan air yang satu ini digunakan oleh anak-anak ketika mengambil air ke sungai atau mata air. Sementara itu, tambe digunakan oleh orang dewasa.

(Dokpri) | Foto wanita Karo yang menjunjung Kuran, koleksi Museum Djamin Gintings
(Dokpri) | Foto wanita Karo yang menjunjung Kuran, koleksi Museum Djamin Gintings
Buluh belin juga digunakan sebagai bahan untuk membuat alat musik tradisional Karo yang bernama keteng-keteng. Ini adalah alat musik pukul atau sejenis perkusi akustik, dengan sebuah lubang besar di bagian tengah dan lubang kecil di bagian ujung.

Dua bilah sembilu yang diberi penjepit kecil berfungsi sebagai senar, yang merupakan sumber bunyi.

(Dokpri) | Alat Musk
(Dokpri) | Alat Musk
Selain 6 jenis rupa buluh (bambu) dengan keunikan dan manfaatnya masing-masing, ada juga beberapa fakta menarik lainnya dari bambu, setidaknya dalam realitas kehidupan sehari-hari suku Karo. Mari kita lihat berikut ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun