bage kin gia ola nai kena ertenah mama Karo nindu
bage kin gia ola nai kena ertenah mama karo nindu turang
pas bagi singayaki batuna megulang
aminna ayakindu erdauhna mesayang
Berikut ini adalah video musiknya dalam versi musik etnik Karo:
Berikut ini adalah video musiknya dalam versi akustik kontemporer:
Saya akan mencoba menterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, makna syair lagu ini. Namun, bukan secara letterlek bait per baitnya. Melainkan merangkumnya secara umum, dan memparafrase puisi rasa pantun ini ke dalam bentuk puisi yang lain, hanya untuk sekadar memudahkan pembaca dalam memahami maknanya.
Sayangku,
Seperti pemandian umum yang berlumut
Bagaimanakah aku akan menahankan perpisahan ini
Sayangku,
Rasa cintaku padamu sudah sedemikian kusut berliku
Sayangku,
Jangan lagi titip rindumu padaku
Itukah pintamu, Sayangku
Ibarat mengejar batu menggelinding
Semakin kukejar, semakin engkau menjauh, Sayangku
Padang Bulan, Simpang Selayang
Aku singgah di kilometer 10
Aku terbayang di bawah terang cahaya bulan
Demi membayangkan remang paras wajahmu
Hingga mentari terbit, mataku enggan terpejam
Jadi, sama dengan lahirnya sebuah lagu pada zaman ini, yang seringkali diinspirasi oleh disrupsi teknologi, termasuk dalam meresapi perasaan rindu akibat sebuah hubungan jarak jauh.Â
Maka sebagaimana tergambar dalam lirik-lirik yang mengutip kata "sms", "handphone", "radio", "televisi", "jet plane", itu adalah media atau sarana penuntasan rasa rindu dari orang-orang pada zaman ini.
Dulu, kami pernah menyampaikan rasa ridu kami lewat sungai. Rasanya, kami akan tetap merindukan rasa rindu yang seperti itu. Hari ini masih kutitip rasa rindu itu lewat sungai yang mengalir sampai jauh, lewat "Tenah Lau Binge".