Dari hasil pengamatannya, kera Makaka tahu bahwa telefon genggam para wisatawan lebih berharga dari kaca mata, kipas atau topi. Kera-kera itu tahu, bahwa yang paling berharga bisa menghasilkan sesuatu yang paling baik dalam perdagangan.
Pengenalan atas gradasi nilai atau harga ini, ditunjukkan oleh kera-kera ini dalam perilaku mereka yang hanya mau menukar barang mereka curi  manakala ditukat dengan makanan dengan nilai yang sebanding. Misalnya, bila satu buah pisang sebanding dengan sebuah kipas dan dua buah untuk topi atau kacamata, maka perlu setidaknya dua butir telur rebus dan dua buah pisang untuk mengembalikan sebuah telefon genggam.
Dr. Iskandar meyakini bahwa, kera-kera ini mempelajari nilai benda-benda yang dimiliki oleh para wisatawan dari cara mereka memperlakukan benda-benda itu, intensitas frekwensi penggunaannya dan bagaimana reaksi mereka saat benda-benda itu dicuri dari mereka.
Dalam tingkat tertentu, kecurangan yang dipertontonkan oleh kera-kera Uluwatu ini, dalam narasi yang diucapkan oleh narator acara, walaupun belum setara kecurangan di Wall Street, tetapi telah membawa kriminalitas yang berkembang dalam dunia hewan terhadap manusia pada sebuah taraf tersendiri.
Demikian juga halnya dengan si kucing Eyebrow, kemampuannya memanipulasi emosi dengan suara mengeong yang bilingual, tidakkah itu menunjukkan bahwa ia memang menyadari bahwa Lynea bagaimanapun akan secara sukarela melayaninya dan memberikan apa pun yang dia minta ketika ia mengeong.
Dari mereka yang jinak dan liar ini, kita bisa bertanya kembali ke diri kita, siapa yang sesungguhnya memegang kendali?
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Makaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H