Lalu diciptakanNya-lah manusia untuk menguasai dan mengusahai ciptaan lainnya, termasuk hewan-hewan, di darat, di air dan di udara. Hewan-hewan itu, ada yang liar dan ada juga yang bisa dijinakkan.
Demikian kita diberikan sedikit gambaran tentang posisi manusia dan hubungannya dengan hewan-hewan yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta. Mengatakan bahwa manusia yang menguasai dan mengusahai, adalah pernyataan penegasan bahwa manusia memegang kendali atas hewan-hewan yang dikuasai dan diusahainya itu.
Namun, kita bisa melihat kenyataan yang berbeda dari perspektif hobi. Dari hobi memiliki hewan peliharaan kita akan belajar sudut pandang hewan yang jinak, sedangkan dari hobi jalan-jalan kita akan belajar sudut pandang hewan yang liar.
Dalam sebuah acara yang berjudul "How Do Animals Do That?" di Discovey Channel, dijelaskan tentang berbagai hal yang mungkin belum diketahui atau disadari oleh banyak orang tentang sifat, perilaku dan bakat hewan, baik yang jinak maupun yang liar. Kita hanya akan mengambil satu contoh dari masing-masing kategori.
Mengapa Kucing Mengeong?
Seorang wanita pencinta kucing bernama Lynea Lattanzio, saat ini berusia 71 tahun tinggal di California, Amerika Serikat, memiliki ratusan ekor kucing yang dia pelihara di belakang rumahnya. Salah satu yang menjadi objek pengamatannya adalah seekor kucing bernama Eyebrow.

Kucing juga ternyata memiliki kemampuan bahasa bilingual. Ia menghasilkan suara yang berbeda kepada sesama kucing dan kepada manusia.
Kucing hanya mengeong kepada induknya saat ia masih menyusu kepada induknya. Selepas itu, kucing akan menjadi lebih diam kepada sesamanya kucing.
Lalu mengapa kucing suka mengeong kepada manusia? Dikatakan bahwa sebabnya adalah karena kita manusia tetap memperlakukan kucing seperti bayi berapapun usia mereka. Tentu saja kucing yang dimaksud di sini adalah kucing domestik, atau kucing sebagai hewan peliharaan.
Mengeong adalah suara kucing yang dirancang khusus agar kita, atau manusia yang gemar memelihara kucing, tahu apa yang mereka inginkan. Kapan kucing itu merasa setuju dengan makanan yang disajikan kepada mereka, atau bosan dengan makana tertentu, merasa jenuh dan ingin diajak jalan-jalal dan lain sebagainya.
Lynea meyakini bahwa masing-masing pemilik kucing dan kucingnya memiliki karakteriskik khas jenis suara mengeong dalam hubungan mereka masing-masing, dan hanya mereka yang paling mengerti apa maksud bahasa dalam suara khas itu.
Penelitian menunjukkan bahwa mengeong adalah suara yang memiliki frekwensi sama dengan tangisan seorang bayi yang meminta perhatian. Sebagaimana bayi yang akan tetap menangis hingga mendapatkan apa yang mereka mau, kucing pun akan tetap mengeong hingga mereka mendapatkan perhatian kita dan keinginan mereka terpenuhi.
Bedanya, saat manusia menjadi semakin dewasa mereka umumnya tahu memperlakukan ayah ibunya sebagai orang tuanya. Sementara itu, kucing domestik yang telah hidup ribuan tahun di rumah-rumah manusia dari generasi ke generasi, tampaknya selama masa hidupnya bukan memperlakukan manusia sebagai orang tuanya, melainkan sebagai pelayannya.
Bagaimana Kera Bisa Bernegosiasi dengan Manusia?
Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa jenis kera Makaka mempunyai kecerdasan yang tampak dalam kemampuannya menggunakan batu untuk memecahkan cangkang mollusca untuk dijadikan makanan. Namun kecerdasan kera Makaka ini telah meningkat ke sebuah jenjang yang lebih tinggi di Pura Uluwatu, Bali.
Makaka yang merupakan jenis monyet dari famili Cercopithecidae atau Monyet Dunia Lama, memiliki ciri-ciri badan yang tegap, bagian bawah tubuh berwarna merah dan memiliki ekor panjang. Di beberapa daerah di Indonesia, Makaka disebut dengan berbagai nama seperti Bojog (Bali), Kethek atau Munyuk (Jawa), Monyet, Kunyuk atau Onces (Sunda).

Tapi pencurian itu bukan hanya usil biasa. Itu adalah bentuk kriminalitas dan kecurangan yang telah membawa kera Makaka Uluwatu ke dalam sebuah negosiasi perdagangan dengan manusia. Ya, barter adalah bentuk sederhana dari negosiasi.
Perkembangan pariwisata dan kunjungan warga dari berbagai belahan dunia ke tempat itu telah mengembangkan tingkat kecerdasan kera Makaka yang belum ada ditemukan di tempat lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Iskandar, yang melakukan riset sederhana tentang perlilaku kera Makaka sambil berwisata ke Uluwatu.

Dari hasil pengamatannya, kera Makaka tahu bahwa telefon genggam para wisatawan lebih berharga dari kaca mata, kipas atau topi. Kera-kera itu tahu, bahwa yang paling berharga bisa menghasilkan sesuatu yang paling baik dalam perdagangan.
Pengenalan atas gradasi nilai atau harga ini, ditunjukkan oleh kera-kera ini dalam perilaku mereka yang hanya mau menukar barang mereka curi manakala ditukat dengan makanan dengan nilai yang sebanding. Misalnya, bila satu buah pisang sebanding dengan sebuah kipas dan dua buah untuk topi atau kacamata, maka perlu setidaknya dua butir telur rebus dan dua buah pisang untuk mengembalikan sebuah telefon genggam.
Dr. Iskandar meyakini bahwa, kera-kera ini mempelajari nilai benda-benda yang dimiliki oleh para wisatawan dari cara mereka memperlakukan benda-benda itu, intensitas frekwensi penggunaannya dan bagaimana reaksi mereka saat benda-benda itu dicuri dari mereka.


Dalam tingkat tertentu, kecurangan yang dipertontonkan oleh kera-kera Uluwatu ini, dalam narasi yang diucapkan oleh narator acara, walaupun belum setara kecurangan di Wall Street, tetapi telah membawa kriminalitas yang berkembang dalam dunia hewan terhadap manusia pada sebuah taraf tersendiri.
Demikian juga halnya dengan si kucing Eyebrow, kemampuannya memanipulasi emosi dengan suara mengeong yang bilingual, tidakkah itu menunjukkan bahwa ia memang menyadari bahwa Lynea bagaimanapun akan secara sukarela melayaninya dan memberikan apa pun yang dia minta ketika ia mengeong.
Dari mereka yang jinak dan liar ini, kita bisa bertanya kembali ke diri kita, siapa yang sesungguhnya memegang kendali?
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Makaka
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI