Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kehidupan di Sekitar Aur dan Air

12 Mei 2020   14:01 Diperbarui: 8 November 2020   22:01 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syaratnya, bambu ditebang di bagian tengah ruasnya dan ditanam miring. Maksudnya adalah agar air hujan dapat tertampung pada sisa ruas bambu bekas tebangan, yang berfungsi sebagai material daya dukung kehidupan yang memungkinkan bambu untuk bisa tumbuh lagi.

Ternyata, dengan sedikit kepedulian, manusia yang menerima banyak manfaat dari bambu, bisa mendapatkan kehidupan yang berkelanjutan bila bertindak berdasarkan pertimbangan dan etika ekologis. Berikan kehidupan kepada alam, maka alam pun memberikan daya dukung yang memadai bagi kehidupan kita.

Sejak kecil, saya senang melihat di kampung kami ini banyak orang yang menghasilkan barang-barang dari bambu untuk dijual atau sekadar dipergunakan sendiri. Salah satu yang paling umum adalah pengrajin keranjang.

Keranjang-keranjang yang dibuat terdiri atas berbagai ukuran, tergantung untuk apa ia difungsikan. Lain ukuran keranjang untuk tomat atau jeruk.

Aktivitas membuat keranjang ini disebut dengan "nggele keranjang". Biasanya para pemuda atau bapak-bapak yang melakukannya. Namun, belakangan di beberapa tempat lain saya pernah juga melihat wanita atau kaum ibu yang me-nggele keranjang.

Seorang yang menjahit jala dengan latar belakang Keranjang bambu, Desa Selawang, Sibolangit, Sumatera Utara, 2017 (Dokpri)
Seorang yang menjahit jala dengan latar belakang Keranjang bambu, Desa Selawang, Sibolangit, Sumatera Utara, 2017 (Dokpri)
Seorang ibu dilatarbelakangi tutup keranjang bambu, Desa Selawang, Sibolangit, Sumatera Utara, 2017 (Dokpri)
Seorang ibu dilatarbelakangi tutup keranjang bambu, Desa Selawang, Sibolangit, Sumatera Utara, 2017 (Dokpri)
Selain untuk keranjang tomat atau jeruk, banyal juga di kampung kami orang yang menganyam bambu untuk dijadikan kandang ayam, disebut "Sunun". Selain Sunun ada juga "Sagak". Sunun dan sagak ini mempunyai bentuk yang sangat ikonik kalau menurut saya.

Sunun dibuat berbentuk dasar segi empat yang agak oval, dengan bagian atasnya yang berbentuk kerucut, dilengkapi dengan tali gantungan yang terbuat dari ijuk dan daun pintu dari kayu.

Sementara itu, sagak adalah wadah yang dianyam dari bambu sedemikan rupa, sehingga tampak seperti corong yang mengembang dengan sisa batang bambu utuh di bagian bawahnya dan setengah terbuka.

Bisanya sagak ditempatkan pada para-para berpenyangga di kandang ayam, atau di sekitar dinding belakang rumah, atau bahkan bisa di ranting-ranting pohon. Bentuknya memang tampak seperti sarang binatang unggas yang alami.

Sunun dan Sagak, koleksi Museum GBKP di Retreat Center Sukamakmur, Sibolangit, Sumatera Utara, 2018 (Dokpri)
Sunun dan Sagak, koleksi Museum GBKP di Retreat Center Sukamakmur, Sibolangit, Sumatera Utara, 2018 (Dokpri)
Penempatan sunun dan sagak yang sering dijumpai dekat dengan rumah, disebabkan karena ternak-ternak ayam bisa dibilang termasuk bentuk tabungan bagi masyarakat di kampung. Sewaktu-waktu bila dibutuhkan uang, sementara tanaman diladang belum waktunya untuk dipanen, maka menjual ayam-ayam atau telur-telur ayam juga cukup membantu kebutuhan yang mendesak.

Selain itu, ayam-ayam yang dipelihara juga adalah persediaan bahan makanan bila ada keluarga atau tamu yang datang berkunjung untuk berbagai keperluan. Menghidangkan olahan daging ayam kampung adalah juga salah satu bentuk penghormatan bagi keluarga atau kerabat dalam suku Karo.

Bahkan dalam acara-acara pesta adat, ayam kampung yang gemuk dan telur ayam kampung adalah beberapa dari kelengkapan persembahan atau hadiah yang menjadi simbol berkat kemakmuran dalam mata pencaharian, bentuk perhatian kasih sayang atau penghormatan antar kerabat keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun