Jadi sambal ini, bahannya cabe merah sepuluh biji (bisa juga cabe hijau atau cabe rawit, tapi kesan kenangannya tidak akan sama, hehe), kacang goreng segenggam (dari kacang tanah yang digoreng, bisa juga pakai kacang telur dalam kemasan yang ada di supermarket, tapi kurang dapat kesan daruratnya), dan sejumput garam (secukupnya). Bahan-bahan ini diulek manual di ulekan.
Dulu, saat aku masih berumur 6-7 tahun, 30 tahun yang lalu, kacang yang sudah siap saji dalam kemasannya yang sangat sederhana itu aku beli di warung seharga Rp. 25 atau Rp. 50 per bungkusnya. Nini Tigan cukup memberi uang Rp. 100, aku bisa dapat empat bungkus. Itu bisa jadi bahan sambal untuk lauk kami makan sampai tiga kali makan.
Dulu, saat Nini Tigan masih hidup. Kami biasa makan siang dengan sambal ini, berdua. Dia rebus juga sayuran hijau dari ladangnya teman makan dengan sambal yang jadi lauk makan kami ini.
Jadi, bila kita coba telusuri dan periksa periksa apa yang menjadi alasan sehingga kita bisa merasa enak makan dengan menu yang seadanya atau tempat makan yang sederhana, biasanya akan berhubungan dengan kenangan, dan kenangan datangnya dari masa lalu. Mungkin hal ini tidak akan berlaku bagi jenis manusia yang pengetahuannya mendahului pengalaman, tapi terserahlah.
Dalam situasi yang darurat atau prihatin seperti saat ini, di mana jangankan masa depan yang diselimuti oleh ketidakpastian, untuk melewati hari ini saja pun rasanya penuh dengan bermacam kecemasan. Makanya, mungkin akan jauh lebih mudah dan lebih murah untuk menghadirkan kembali kenangan ke atas meja makan, untuk menyiasati keadaan.
Koleksi memori atas berbagai kenangan masa lalu yang menyenangkan, adalah jenis memori yang ingin kita simpan selalu. Di samping itu, memang ada juga trauma bahkan histeria yang kita simpan rapat-rapat di bawah tekanan alam bawah sadar dari kenangan-kenangan masa lalu yang buruk bahkan memalukan atau menakutkan. Sesekali ia, kenangan buruk, memalukan atau menakutkan itu, ingin keluar juga dari pikiran kita. Tapi siapa yang tidak punya masa lalu yang buruk?
Kenangan masa lalu yang menyenangkan, itulah sebenarnya yang membuat rasa makanan dan tempat makan menjadi enak. Kalau makanan yang memang dasarnya sudah enak ya pastilah enak.
"Sambal Kacang Darurat" ini, dilihat dari bahan- bahannya, bisa dibilang adalah sambal yang cocok di masa prihatin. Bandingkan dengan enaknya sambal pecal dengan bahan-bahan yang lebih lengkap.
Peniel, Jack, dan Revano anak saya, berkata kalau rasa sambal ini paling enak dari berbagai jenis sambal lain yang pernah saya masak. Jack tetap menjilati ujung jarinya, bahkan setelah usai makan. Sambil mendesis "shhh,sshhh,shhh" kepedasan, ia bilang rasanya enak.
Kami menikmati sambal kacang darurat ini, sambil aku bercerita tentang sejarah di balik sambal ini. Barangkali karena ceritanya, membangkitkan imajinasinya "Betapa enaknya bapakku makan bersama nenek buyutnya di masa kecilnya itu" begitulah pikirnya batinku.