Bersama teman-teman, kami kembali ke Badigulan. Seharian berbau lumpur sawah, bertemankan kera dan serangga, mendengarkan kicau burung dan gemericik suara sungai, memandang langit, gunung, tebing hingga lembayung senja bergelayut di ufuk Barat.
Dahulu kala, Trivium dan Quadrivium mungkin saja tercipta berawal dari candaan Socrates dan Plato yang berbagi kekonyolan di bawah pohon Aras, di kelas alam terbuka pada sebuah tempat di kaki Olympus.
Meskipun tidak seakbar Grand Canyon di Amerika, tapi tebing-tebing di berbagai tempat di sepanjang aliran sungai yang mengairi lahan sawah sepanjang jalurnya mulai dari Desa Serdang, Desa Bulanjahe, Desa Bulanjulu, dan Desa Buntu Kecamatan Barusjahe ini, menghadirkan pemandangan tebing ngarai yang unik dengan beragam flora, fauna dan ikan-ikan yang masih mengarungi dengan tenang sungai-sungainya.
Di sini kita akan mengenal cinta, keindahan dan keberadaan sumber kelangsungan hidup lingkungan dan segala isinya. Maka patutlah kita menerima keberadaanya apa adanya. Alam yang indah dan kaya tidak lantas serta merta menjadi layak untuk dieksploitasi seenaknya.
Sebagian hal seperti pantas dan lebih baik untuk diterima apa adanya saja, demi kebaikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H