Mohon tunggu...
Teopilus Tarigan
Teopilus Tarigan Mohon Tunggu... ASN - Pegawai Negeri Sipil

Pro Deo et Patria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Menteri, di Pundakmu Kami Titipkan Kegelisahan Bapak-Ibu Guru dan Masa Depan Pendidikan Anak-anak Kami

25 November 2019   00:37 Diperbarui: 25 November 2019   20:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan anak-anak muridnya di kegiatan lapangan terbuka (dokpri)

Secara teori memang tujuannya mungkin bagus, tapi jujur saja kata beberapa guru yang pernah saya tanyai, penyusunan RPP itu justru menyebabkan waktu mereka untuk mengajar murid-murid kesannya malah menjadi terabaikan. Ada kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Maka saat Nadiem Anwar Makarim resmi dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024 pada 23 Oktober 2019 yang lalu, berbagai keluhan terkait masalah-masalah dunia pendidikan, termasuk hal-hal yang menjadi keluhan para guru, di pundaknyalah kini semua itu dibebankan. Dengan harapan, tentu saja untuk dapat dibenahi menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Dua hari menjelang hari guru yang diperingati setiap tanggal 25 November 2019, pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk dibacakan pada upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2019 beredar luas di media sosial. Bagi saya pribadi, itu adalah sebuah teks pidato yang tidak sebagaimana biasanya teks pidato para pejabat yang sering kami dengarkan saat dibacakan di berbagai upacara di kampung ini.

Itu adalah sebuah teks pidato yang hanya terdiri dari dua halaman dan 16 alinea. Setiap alinea rata-rata hanya terdiri atas dua sampai tiga kalimat saja. Sudah termasuk bila salam dan kalimat sela antar alinea juga dikategorikan sebagai sebuah alinea. Juga sudah termasuk dua tagar yang tercantum di dalam naskah, yakni #merdekabelajar dan #gurupenggerak.

Seolah itu mencirikan bahwa teks pidato kali ini datang dari seorang menteri yang mewakili cara berbicara dan jenis bunyi yang akrab di telinga para pendengar masa kini. Apalagi ia merupakan pendiri Gojek, yang ia dirikan pada tahun 2010 silam. Kuat dugaan saya bahwa pidato itu dia susun sendiri, dengan gayanya sendiri.

Penekanan beliau pada teks pidato bahwa perubahan dunia pendidikan tidak mutlak berawal dari atas, mungkin maksudnya dari dirinya sendiri, melainkan berawal dan berakhir dari guru, adalah sebuah harapan bahwa guru dituntut untuk semakin berinisiatif. Penekanan ini juga dibarengi oleh kejujuran bahwa ia tidak akan membuat janji-janji kosong.

Mungkin maksudnya ia ingin menyampaikan bahwa adalah naif bila ia dianggap tidak menyadari besarnya tanggung jawab yang diemban seorang menteri pendidikan untuk membenahi masalah-masalah pendidikan sejalan dengan besarnya kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dan melekat pada jabatannya. Tapi menghadirkan sebuah perubahan adalah hal yang sulit dan akan penuh ketidaknyamanan, setidaknya pada awalnya, sebelum nilai-nilai baru terbentuk dan diterima secara luas.

Ia menawarkan lima langkah praktis dan konkret untuk memulai langkah-langkah perubahan itu, pesannya kepada para guru:

  • Ajaklah kelas untuk berdiskusi, bukan hanya mendengar
  • Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas
  • Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas
  • Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri
  • Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan

Hal "gila" lainnya yang juga sudah beredar luas di media sosial terkait rencana kebijakannya yang ingin memangkas jumlah tahun pendidikan SD, SMP dan SMA demi percepatan peningkatan kualitas SDM bangsa ini mengikuti reformasi industri di era 4.0 ini. Tahun pendidikan SD dari 6 tahun menjadi 4 tahun, sementara itu SMP dan SMA menjadi 2 tahun. Menyesuaikan umur itu, ketika melanjutkan kuliah sampai S-3, bisa selesai pada usia 18 tahun. Ia menyadari bahwa rencana ini mungkin akan menjadi pro dan kontra.

Di media sosial sendiri, hal ini mengundang respons yang beragam. Ada yang berkomentar singkat dengan mengatakan mantap, karena akan membantu para orang tua juga mengurangi biaya untuk pendidikan anak-anaknya. Tapi ada juga yang bahkan tidak tahu tanggal berapakah hari guru itu, meskipun persoalan pendidikan tidak hanya selesai dengan memperingati hari guru.

Bila kami sering agak kewalahan mendengarkan sebuah pidato yang dibacakan pada saat upacara, apalagi bila upacara terlambat dilaksanakan dan terkadang tetap berjalan sekalipun hari hujan, maka jenis pidato seperti yang dibuat oleh menteri baru ini, adalah jenis pidato yang sangat inspiratif, berbeda dengan pidato para pejabat selama ini. Semoga yang mendengarnya juga menjadi terinspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun