Metode yang dipergunakan didalam proses pembelajaran pada tahap ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, latihan, tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan metode pemberian tugas dan resitasi.
Sebagaimana dijelaskan oleh Jery Barus yang juga merupakan salah seorang alumni GMT. Ia adalah seorang mahasiswa Program Studi S-1 Seni Musik pada Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.Â
Dalam sebuah penelitiannya tentang pembelajaran musik di GMT, yang ia publikasikan melalui naskah publikasi ilmiah dengan judul "Pembelajaran Ansambel Tiup di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Musik Tiup Kabanjahe, Sumatera Utara" pada 2017 lalu, bahwa "Proses pembelajaran juga dapat diartikan sebagai tahapan perubahan.Â
Perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran merupakan tahapan perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri seseorang." Lebih lanjut ditambahkannya, bahwa "Bermain musik terutama pada komposisi musik yang dimainkan secara ansambel, tentu akan tercipta suatu reaksi diri terhadap sosial, mental maupun fisik seseorang, untuk dapat mencapai ketiga tahapan perubahan tersebut secara utuh."
Maka, sekalipun tampak sederhana, pembelajaran musik di GMT, juga mengandung unsur transformasi yang penting dalam pembentukan karakter anak sejak usia dini, di tengah berbagai tantangan zaman yang merundung masa kini dan masa depan anak-anak dan remaja zaman modern. Kehadirannya strategis walaupun dalam bentuk yang sederhana dan berlangsung di sebuah pojokan kampung. Akankah demikian adanya untuk seterusnya? Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H