Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pandemi dan Pakeliran

22 Juli 2020   17:10 Diperbarui: 22 Juli 2020   17:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wayang-wayangan

Barangkali boleh dijajaki terobosan, kemungkinan dunia pewayangan maupun catatan harian seorang Dalang yang diangkat ke dalam film layar lebar. Kita tidak perlu malu belajar dari Kisah Soekarno, Soegijo, Achmad Dahlan maupun  kelas film dokumenter ala Eagle Award. rasanya  kita juga perlu menimba ilmu dari pakeliran ala wayang kampung sebelah (sudah closing) di salah satu TV swasta di negeri ini yang justru banyak diminati kaum muda. Atau satu lagi, di tengah pandemi menggelar pakeliran wayang secara virtual atau digital, seperti dilakukan  Ki Dalang Seno Nugroho dari Bantul  Jogyakarta.

Eman rasanya kalau wayang kita ini mengungsi di negeri sendiri, karena Solo, Jogyakarta, punya ISI, Taman Budaya, gedung yang memadai, seperti gedung Ki Nartosabdo, Sobokarti maupun Sriwedari. Bahkan Memiliki Museum Wayang pula. Sederet Dalang kondang juga bermukim di sini, sebut saja Anom Suroto, Manteb Sudarsono, Sugito Purbocarito, Enthus Susmono, Warseno Slenk, Joko Edan, Purbo Asmoro, dll -- merupakan dalang senior, sedangkan kepada dalang muda kita bangga, seperti Bayu Aji atau Sindhunata, bahkan dalang wanita kesohor, seperti Suparsih, Giyah Supanggah, Sofiah, Cempluk Suprihastutik, Sri Wulan Panjang Mas dan lainnya.

Maka, penting kita optimalkan pakeliran wayang sebagai media memberdayakan masyarakat melalui nilai-nilai integritas, gotong royong dan etos kerja maupun nilai keutamaan (key value) lainnya.  Untuk itu, barangkali segitiga emas (pemerintah, masyarakat dan industri maupun kampus) perlu berembug, bermusyawarah medekatkan wayang ke dalam jantung warga. Bukan wayang-wayangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun