Mohon tunggu...
Marjono Eswe
Marjono Eswe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik Biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis Bercahayalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makelar Proposal dan Desa Paradoks

10 Juni 2020   16:06 Diperbarui: 10 Juni 2020   16:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi perhatian bersama, RPJMDes di atas belum dimanfaatkan oleh institusi pemerintah dalam pengalokasian bantuan. Harus terintegrasi dalam satu perencanaan untuk semua, sekurangnya terintegrasi dengan Basis Data Terpadu (BDT) atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), sehingga segala bentuk bantuan ke desa lebih terfokus dan sesuai dengan harapan masyarakat desa. BDT pun pada musim pandemic pun mesti update dengan kondisi lapangan terkini, artinya chros cek atau survei bluuskan menjadi bagian akurasi data BLT maupun bantuan lainnya bagi terdampak covid-19.

Dari snapshot di atas, untuk membantu secara riil dan positioning desa selama ini, sepertinya masih perlu penguatan relasi internal dan ekseternal serta bantuan yang berkonten edukatif dan pemberdayaan. Memang banyak lembaga kemasyarakat dan lembaga desa yang bermunculan di desa, namun selama ini peran fungsinya belum optimal. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), misalnya.

Sekali lagi perhatian besar terus kita tumpukan dan curahkan kepada desa, karena masyarakat terbesar di desa, kekurangberuntungan juga ada di desa. Ingat, kembali dan berbuat nyata (hanya) untuk desa merupakan momentum yang memberikan tempat paling terhormat bagi desa dan masyarakat desa. Karena melaluinya, masyarakat desa sebagai pemilik program. Sudah waktunya masyarakat membangun. Kita gelorakan peduli pada desa, kita colek Holobiskontulbaris, meski hidup dalam satu ranjang (desa) tapi punya mimpi yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun