Data ini juga dapat digunakan untuk mengubah hubungan antara pemasok dan pengecer sehingga pengecer memercayai pemasok ke titik di mana rekomendasi pemasok ditindaklanjuti oleh pengecer dengan sedikit keributan.
Bagaimana Big Data Menguntungkan Konsumen
Semua hal yang dijabarkan di atas sudah mulai diterapkan sejak bertahun-tahun lalu oleh pelaku ritel di luar negeri, sementara di Indonesia sendiri, kebanyakkan masih melakukan cara tradisional yang tidak efisien sehingga pemenuhan konsumen berjalan dengan tidak maksimal. Dengan skala yang terus membesar, sudah seharusnya perusahaan ritel di Indonesia mengadopsi penggunaan big data.Â
Jika membicarakan big data di Indonesia, maka kata yang terbersit adalah Paques. Dengan mengusung self-service analytic, Paques tidak  butuh tim berisi puluhan data scientist untuk mengolah data perusahaan, cukup satu atau dua pelaku industri yang relevan, dan dengan sedikit tuntunan, mereka akan mampu memproses data yang ada dengan efisien. Ini akan mendorong produktivitas perusahaan.
Peningkatan kompetisi dalam industri grosir telah memberikan banyak keuntungan bagi para konsumen karena setiap supermarket 'dipaksa' berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Keuntungan selanjutnya bagi konsumen haruslah penawaran yang dipersonalisasi.Â
Dengan menggunakan big data, para pelaku ritel dan pemasok akan mampu memahami dengan lebih baik apa yang konsumen inginkan, kapan dan bagaimana mereka mengembangkan harga dan model distribusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Â
Penawaran yang dipersonalisasi akan membuat pengalaman belanja konsumen lebih menyenangkan dengan membuat seluruh proses lebih cepat, lebih mudah, dan lebih sederhana, dan Paques mungkin saja dapat memfasilitasi semua itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H