Mohon tunggu...
Money Pilihan

Korelasi Big Data dan Supermarket Serta efeknya pada Konsumen

24 Oktober 2018   17:24 Diperbarui: 24 Oktober 2018   17:31 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama bertahun-tahun, supermarket ini telah berinvestasi pada big data untuk memastikan mereka sanggup membuat keputusan yang didasari fakta. Investasi mereka sudah menunjukkan hasil sejak tahun 2014 di mana Woolworths dapat memahami kebutuhan konsumen mereka dan memberikan pengalaman belanja yang lebih baik karena wawasan yang diberikan oleh data.

Perubahan besar yang kini muncul adalah para peritel tidak hanya menginginkan banyak data tetapi juga ingin menggunakan data ini untuk lebih terhubung dengan konsumen mereka dan menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi. 

Secara umum, Amazon dianggap sebagai pemimpin dalam bidang ini karena situs mereka mengutilisasi mesin rekomendasi yang menganalisa data pribadi konsumen seperti riwayat pembelian pengguna, barang-barang di keranjang belanja, barang-barang yang telah mereka sukai dan yang konsumen lainnya lihat dan beli. Website tersebut kemudian mampu membuat rekomendasi yang dipersonalisasi dari barang yang konsumen mereka ingin beli.

Dengan adanya perkembangan IT dalam algoritma dan kecerdasan buatan (AI) yang sedang berlangsung, banyak wawasan yang dapat ditindaklanjuti akan dapat diambil dari big data untuk meningkatkan loyalitas konsumen dengan menciptakan penawaran yang dipersonalisasi.

Bagaimana Pemasok Menggunakan Big Data

Suppliers juga telah berinvestasi dalam big data dan analitik prediktif. Data scan, data panel, dan data kartu telah dikumpulkan untuk tinjauan bisnis internal bersama peritel untuk mendukung bisnis mereka.

Dikarenakan lingkungan perdagangan saat ini, terutama deflasi harga ritel, pemasok barang harus menggunakan data untuk membenarkan biaya dan harga eceran. Jika tidak, peritel akan mengatakan bahwa konsumen membayar harga yang terlalu mahal karena pemasok yang memberi harga tinggi. Dari sini pemasok membutuhkan data untuk digunakan sebagai argumen yang berbasis fakta untuk membenarkan biaya yang dikeluarkan.

Selama tahunan, supermarket besar telah membagikan lebih banyak data dengan pemasok untuk mencoba meningkatkan kolaborasi antara pemasok dan peritel demi terpenuhinya kebutuhan konsumen. Woolworths Supermarket memiliki portal bagi pemasok untuk berbagi informasi dan pada 2017 Woolworths meluncurkan portal Supplier Connect yang memungkinkan pemasok mengakses lebih banyak data.

Tujuan dari berbagi informasi ini adalah agar pemasok dan peritel bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.

Resiko bagi pemasok yang tidak mengadopsi pendekatan kolaboratif ini adalah terbatasnya produk yang akan diambil peritel dan bahkan dalam beberapa kasus, peritel akan memutuskan hubungan kerja sama. 

Pemasok mungkin merasa 'dipaksa' untuk berinvestasi pada big data dan analitik prediktif untuk memelihara atau menumbuhkan bisnis mereka bersama klien ritel mereka. Namun, lingkungan perdagangan saat ini dengan pendatang baru di pasar serta deflasi harga yang menantang, tanpa investasi dalam big data hubungan antara pemasok dan pengecer bisa terkena dampaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun