Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Demit] Renjana Cinta Sang Dewi

17 Maret 2019   11:20 Diperbarui: 1 April 2019   17:48 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Sebelumnya

Pukul sepuluh pagi, para staff di sebuah kantor redaksi telah sibuk dengan tugas masing-masing. Begitu juga Rianti dan Freisa. Meja kerja mereka bersebelahan, itu cukup menguntungkan karena pekerjaan sebagai editor cerita pendek di majalah wanita 'Puan' bukan hal yang mudah, terkadang membutuhkan diskusi panjang untuk menentukan layak tidaknya cerpen itu tayang. 

"Kisah dalam cerpen ini lumayan, Fre." ujar Rianti sembari menunjukkan dua lembar kertas yang baru saja dicetaknya. Suara Rianti sedikit berbisik agar tak mengganggu rekannya yang lain.

"Tentang wanita yang bernama Rani dan calon suaminya Reno, judulnya Cinta Berselimut Kabut," lanjut Rianti.

"Ya, aku sudah membacanya, saat memeriksa email masuk. Kiriman Lilik Fatimah. Kupikir bisa tayang untuk minggu ini," sahut Freisa bersemangat.

"Tapi ceritanya masih belum selesai, apa kita minta lanjutannya pada Lilik segera, Fre?" Rianti balik bertanya.

Freisa paham masalah itu, Majalah Puan sudah menyediakan spot cerita bersambung dan terisi penuh sampai bulan ke enam dari penulis tetap Rifan Nazhip. Agak menyulitkan untuk memasukkan cerbung milik Lilik, artinya harus menunggu sampai Bulan Juli.

"Bagaimana kalau kamu saja yang selesaikan kisahnya, cukup dua tiga paragraf, lalu tayang!" seru Rianti bersemangat.

"Hey, mana boleh? Itu hak penulis. Kisahnya jadi lain. Apalagi kalau aku yang disuruh nulis lanjutannya," timpal Freisa dengan kening berkerut.

"Memang kamu bakal bikin kisah lanjutan seperti apa, sih?" tanya Rianti penasaran. Tangannya menyentuh dagu Freisa lembut.

Tanya jawab seperti itu seringkali mereka butuhkan, selain kepentingan kerja juga membantu melepaskan tekanan kerja apalagi kalau sudah DL. Dead Line bagi mereka kadang benar-benar seperti menemukan jalan buntu yang membuat mereka mati kutu.

"Kau mau tahu atau mau tahu pake banget?" tanya Freisa sambil tersenyum simpul. Mengarang cerita pendek buatnya adalah pekerjaan yang menggairahkan. Lain dengan Rianti. Lebih menyukai artikel tentang kepahlawanan wanita.

"Ok! Mau tahu pake banget! Kutunggu lanjutannya, 15 menit?" Rianti menantang Freisa dengan tatapan menggemaskan.

"Kalau kau bilang cerita lanjutannya keren, kau harus traktir, siap?" Freisa balik menantang. Ia mengedipkan sebelah matanya.

Rianti membalas dengan dua acungan jempol.

Lima belas menit berlalu, Rianti mendapat kiriman email dari Freisa. Untungnya pekerjaan mereka sudah mulai longgar hingga bisa sedikit bersantai.

Rianti dengan tenang membaca cerita lanjutan Cinta Berselimut Kabut yang dibuat versi teman karibnya itu.

"Gilaaa!"

Suasana hening mendadak riuh, semua mata memandang ke arah Rianti, teman satu ruangannya bertanya-tanya ada apa. Rianti terkikik dan meminta ma'af dengan sopan. Akhirnya semuanya memaklumi.

Tak disangka oleh Rianti, Freisa memiliki imaji seliar itu. Demi duit seseorang bisa bertindak keji. Rina dalam tokoh utama digambarkan bertindak menjadi wanita tabah dan perkasa. Nikita mendapat tempat dalam sel tahanan dan Ron dirawat di rumah sakit jiwa. Ingatan Ron hilang. 

Sementara Reno, memilih gadis cantik yang kaya raya anak dari kolega ayahnya. Wajah Rani yang rusak parah dengan codetan besar mulai dari dahi kanan hingga pelipis kiri dibiarkan tanpa operasi.

Dalam cerita Freisa, Rani justru mendapatkan kedamaian dari wajahnya yang buruk. Ia membaktikan diri menjadi pengasuh di panti jompo. Rani kehilangan cita-cita untuk hidup senang dan kaya raya. 

Dalam keadaan mati suri ia mendapatkan tanda bahwa kebahagiaan yang abadi bukan dari harta dan kecantikan semata. Kehidupan kembali membawanya menjadi sosok wanita tangguh jauh lebih tangguh dari sebelumnya.

Rianti menggeleng-gelengkan kepalanya, sungguh di luar dugaan namun sangat masuk akal. Freisa memang ahli mengolah kata. Bila membacanya sendiri semua pasti setuju, kisah ini mengandung pelajaran berharga. Uang bukanlah segalanya.

Freisa tersenyum nakal, mengingatkan Rianti untuk mentraktirnya. Rianti mengembuskan nafas kuat-kuat ingin rasanya dia kaya-raya agar setelah mentraktir kawannya, tak mesti rajin berpuasa menunggu gaji bulan depan diterima.

Mengapa kenyataan seringkali lebih menyakitkan? Keluh Rianti dalam hati. Seandainya aku menjadi Rani aku akan berusaha untuk jadi menikah dengan Reno. Bagaimanapun caranya.

Sementara di batin Dewi Freisa, Dewi Fortuna sedang berpihak padaku. Aku dapat kiriman lebih dari Ayah, tak ada salahnya akulah yang akan mentraktir Rianti untuk makan siang selama seminggu penuh. Freisa bahagia bila bisa memberi kejutan kecil pada sahabatnya.

Bandung, 17 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun