Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ruang Waktu Kanz

10 Maret 2019   22:17 Diperbarui: 12 Maret 2019   20:40 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini persoalan Buya Makarim dan para Jin remaja yang sedang semangat mengaji, selesai. Mereka kembali mendengarkan dakwah dari Buya dengan cermat. Karena Kanz adalah ketua dari para remaja jin, bila ia setuju maka semuanya sepakat.

Pernah satu waktu, lima tahun yang lalu sebelum mengikuti pengajian dari Buya, Kanz dan kawan-kawan menjahili anak-anak santri yang berjumlah hampir dua ribu orang. Ada yang dipindah-pindahkan saat tidur, ditakut-takuti di kamar mandi bahkan disembunyikan di sebuah tempat selama satu minggu.

Buya Makarim bertindak, ia memberi pelajaran untuknya dan kawanannya. Kanz kalah kekuatan, Aariz yang saat itu baru berusia sepuluh tahun bisa ditemukan oleh Buya, dan Kanz mendapat pengalaman berharga tentang kekuatan Tuhan. Kalimat La ilaha ilallah, laa haula walaa quwwata illa billah yang terlontar berulang kali dari mulut Buya hampir membuatnya hangus terbakar.

Semenjak peristiwa itu, Kanz masuk Islam dan bertaubat dari perbuatan jahilnya. Aariz kini menjadi adik angkatnya. Kemana Aariz pergi ia akan mengikuti. Apapun yang dikerjakan Aariz, ia kerjakan jua. Aariz memiliki suara merdu dan senantiasa berbahasa santun begitu pun Kanz bersikap. 

Pada awalnya Aariz merasa risih, Abdullah Kanz sering nampak dalam wujud aslinya, bertelinga panjang dan sangat lebar, memiliki misai dan mata seperti kucing, giginya tajam dan seringainya mengerikan. Lama-kelamaan Aariz terbiasa apalagi bila Kanz merubah dirinya menjadi lelaki tampan namun perawakannya tetap saja sebesar gajah duduk. Pikiran dan tingkah laku mereka semakin lama juga semakin mirip.

oOo

Kanz uring-uringan, Zabrii dan Pandeni sampai letih menghibur dirinya. Akhirnya mereka kabur dalam hitungan detik sudah ada di para-para Masjid Demak. Ratusan kilometer mereka tempuh sekejapan mata. Mereka sedang menikmati semburat jingga di cakrawala yang begitu menawan hati, bersama jutaan kawan lainnya.

Hari pukul sembilan malam, di kamar Aariz tiba-tiba layar monitor dan tuts keyboard bergerak sendiri. Suara klak-klik terdengar ribut. Aariz maklum, Kanz sedang mengirim pesan. Beberapa hari ini sahabatnya itu sedang dilanda cemburu. Sebentar lagi Aariz akan menikah, Kanz merasa khawatir akan kehilangan kebersamaan selama belasan tahun. Aariz berharap Kanz menemukan jalan keluarnya.

Di layar monitor terpampang tulisan Bookman Atiqua, font 14 bold italic, Aariz meneteskan air mata haru, perpisahan itu terasa menorehkan sebuah luka yang teramat dalam. Apa hendak dikata? Aku harus memilih, Lalintan, calon isterinya sangat ketakutan setiap kali Kanz datang bertandang. Sudah empat kali Lalintan pingsan dan mengigau panjang. Memang wanita kabarnya jauh lebih lemah dari laki-laki untuk soal ini.

Aariz duduk tenang di depan layar notebooknya sembari membaca perlahan tulisan yang baru saja diketik oleh Kanz.

Sahabatku Aariz, kau akan berada dalam kehidupan baru, aku tahu, pasti kau akan banyak berubah. Seandainya aku bisa sepertimu, memiliki pasangan hidup yang akan menemani sampai nanti, tentunya aku bisa paham akan kehidupanmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun